Jumat, 30 September 2011

Dakwah Nabi Muhammas saw ketika di Mekkah


MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
“DAKWAH NABI MUHAMMAD KETIKA DI MEKKAH”


            I.            PENDAHULUAN

Allah telah memerintahkan kepada nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam Firman Allah, QS. Almuddatstsir: 1-7
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ  

Dari Ayat diatas menjelaskan perintah untuk berdawah. Dan semua ayat  ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah. Menurut Ibnu Qayyim, dakwah Rasulullah terbagi dalam lima tingkatan (bentuk), yaitu:
1.      Pengumuman kenabian.
2.      Memberi peringatan (berdakwah) kepada keluarga dan karabat.
3.      Memberi peringatan (berdakwah) kepada kaum dan masyarakatnya.
4.      Memberi peringatan (berdakwah) kepada masyarakat luas yang belum pernah mendapatkan peringatan dari seorang nabi sebelumnya, ini adalah bangsa Arab secara keseluruhan.
5.      Memberi peringatan (berdakwah) kepada seluruh umat manusia dan setiap makhluk yang bisa mendengar dakwahnya sampai Kiamat.1

Masa dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terbagi menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total  dengan yang lain, yaitu:
1.      Periode Makkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
2.      Periode Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
_____________________
1 Biografi Rasulullah, DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, Hal : 181.


Adapun pada makalah ini yang akan kami bahas adalah Periode Makkah. Periode ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1)      Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
2)      Tahapan dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
3)      Tahapan dakwah di luar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.

A.    DAKWAH PERIODE MAKKAH
1.      TAHAPAN DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Makkah merupakan sentral agama Bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh Bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Makkah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau.
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu banyak orang yang masuk Islam, baik laki-laki maupun wanita, sehingga nama Islam menyebar diseluruh Makkah dan banyak yang membicarakannya.” 2
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menampakkan dakwah kepada kaumnya, menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhala sesembahan mereka.
_______________________
2          Lihat Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, hal: 104.


2.      TAHAPAN DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
Wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah,
t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÊÌÈ  
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.” (Asy-syu’ara’: 214).

a.      Manyeru Kerabat - Kerabat Dekat
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah setelah turun ayat diatas, ialah dengan mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi udangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada empat puluh lima orang. Rasulullah mendapat pertentangan dari Abu Lahab. Rasulullah hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan itu. Kemudian beliau mengundang mereka untuk kedua kalinya. Abu Lahab tetap menentang yan disampaikan Rasulullah, namun Abu Thalib berjanji akan selalu melindungi Rasulullah meskipun tetap tidak meninggalkan agama Bani Abdul Muththalib.

b.      Di Atas Bukit Shafa
Setelah Rasulullah merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas Shafa, lalu berseru, “Wahai semua orang!” Maka semua suku Quraisy berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.

c.       Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-Terangan dan Menentang Tindakan Orang-Orang Musyrik
Seruan beliau terus bergema di seantero Makkah, hingga kemudian turun ayat,
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ  
“Maka sampikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr: 94).
Maka Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Ketidak berdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan beberapa contoh perumpamaan, disertai penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala dan menjadikannya sebagai wasilah antara dirinya dan Allah berada dalam kesesatan yang nyata.

d.      Quraisy Mengirim Utusan Kepada Abu Thalib
Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apapun yang dilakukan anak saudaranya. Namun dengan perkataan yang halus dan penolakan yang lembut Abu Thalib menolak permintaan mereka.

e.       Membuat Kesepakan Bersama Melarang Orang-orang Yang Menunaikan Haji untuk Mendengarkan Dakwah
Selama masa-masa itu orang-orang Quraisy juga disibukkan urusan lain, yaitu semakin dekatnya jarak antara dakwah secara terang-terangan dengan kedatangan musim haji. Mereka menyadari bahwa berbagai utusan dari seluruh Jazirah Arab akan mendatangi mereka. Oleh karena itu mereka berpendapat untuk mengeluarkan satu pernyataan resmi yang disampaikan kepada bangsa Arab bahwa Muhammad adalah seorang yang keluar dari agama dan seorang pendusta, agar dakwah beliau tidak meninggalkan pengaruh di dalam jiwa mereka.

f.       Beberapa Cara untuk Menghadang Dakwah
1 1)      Ejekan, penghinaan, olok-olok dan penertawaan.
2 2)      Menjelek-jelekkan ajaran Rasulullah.
3 3)   Melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan A-Qur’an.
4 4) Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, hingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah di tengah jalan. Orang-orang musyrik siap meninggalkan sebagian dari apa yang ada pada diri mereka dan begitu pula Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

g.      Berbagai Macam Tekanan
Orang-orang musyrik berusaha memerangi Islam dengan mengganggu Rasulullah, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, menghadang mereka dengan berbagai siasat dan cara.

h.      Darul-Arqam
Langkah bijaksana yang diambil Rasulullah dalam menghadapi berbagai tekanan itu, beliau melarang orang-orang muslim menampakkan ke-Islamannya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Beliau tidak menemui mereka kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab jika sampai diketahui beliau bertemu mereka, tentu orang-orang musyrik berusaha menghalangi usaha beliau untuk mensucikan jiwa orang-orang muslim dan mengajarkan Al-Kitab. Bahkan tidak menutup satu kemungkinan yang menjurus kepada bentrokan fisik antara kedua belah pihak. Tempat tinggal Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumy yang berada di atas bukit Shafa dan terpencil dari pengintaian mata-mata Quraisy, menjadi markas dakwah beliau, dan sekaligus menjadi tempat pertemuan orang-orang muslim semenjak tahun kelima dari nubuwah.

i.        Hijrah ke Habasyah yang Pertama
Ketika Rasulullah melihat keganasan kaum musyrik kian hari bertambah keras, sedang beliau tidak dapat memberikan perlindungan kepada kaum muslim, turun surat Al-Kahfi, sebagai sanggahan terhadap berbagai pertanyaan yang disampaikan orang-orang musyrik kepada rasulullah. Surat ini meliputi tiga kisah, disamping didalamnya terdapat isyarat yang pas dari Allah terhadap hamba-hambanya yang beriman.Kisah pertama tentang Ashhabul-kahfi , kisah kedua tentang khidhr dan Musa, kisak ketiga Dzil-Qarnain. Kemudian turun surat Az-Zumar yang mengisyaratkan hijrah dan menyatakan bahwa bumi Allah ini tidaklah sempit.
Rasulullah sudah tahu bahwa Ashhamah An-Najasyi, raja yang berkuasa di Habasyah adalah seorang raja yang adil, tidak aka nada seorangpun yang teraniyaya disisinya. Oleh karena itu beliau memerintahkan agar beberapa orang muslim hijrah ke Habasyah.
            Maka berangkatlah kaum Muslim kenegeri Habasyah demi menghindari fitnah, dan lari menuju Allah dengan membawa agama mereka. Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam. Diantara kaum Muhajir yang terkemuka ialah, Utsman bin affan beserta istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Hudzaifah beserta istrinya, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair dan Abdur-Rahman bin Auf. Sampai akhirnya para sahabat Rasulullah sebanyak delapan puluh lebih berkumpul di Habasyah.3  
Ketika kaum Quraisy mengetahui peristiwa ini, mereka segera mengutus Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ‘Ash (sebelum masuk islam) menemui Najasyi dengan membawa berbagai macam hadiah. Hadiah-hadiah ini diberikan kepada sang raja, para pembantu dan pendetanya,dengan harapan agar mereka menolak kehadiran kaum muslim dan mengembalikan mereka kepada kaum musyrik Makkah.
Sebelumnya kedua utusan ini telah melobi para pembantu dan uskupnya seraya menyerahkan hadiah yang dibawanya dari Makkah. Ketika kedua utusan ini berbicara kepada Najasyi tentang kaum Muhajir tersebut, ternyata Najasyi menolak untuk menyerahkan kaum Muslim kepada kedua utusan tersebut sebelum dia menanyai mereka tentang agama baru yang dianutnya. Kemudian kaum Muslim dan kedua utusan tersebut dihadapkan kepada Najasyi. Raja Najasyi bertanya kepada kaum Muslim, “Agama apakah yang membuat kamu meninggalkan agama yang dipeluk oleh masyarakatmu? Dan kamu tidak masuk kedalam agamaku dan agama lainnya?
Ja’far bin Abi Thalib, selaku juru bicara kaum Muslim, menjawab,”Baginda raja, kami dahulu adalah orang-orang jahiliyah, menyembah berhala, makan bangkai, berbuat kejahatan, memutuskan hubungan persaudaraan, berlaku buruk terhadap tetangga dan yang kuat menindas yang lemah. Kemudian Allah mengutus seorang Rasul kepada kami, orang yang kami kenal asal keturunannya, kesungguhan tutur katanya, kejujuran dan kesucian hidupnya. Ia mengajak kami supaya mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun juga, ia memerintahkan kami supaya berbicara benar, menunaikan amanat, memelihara persaudaraan, berlaku baik terhadap tetangga, menjauhkan diri dari segala perbuatan haram dan pertumpahan darah, melarang kami berbuat jahat, berdusta dan makan harta milik anak yatim. Ia memerintahkan kami supaya shalat dan berpuasa. Kami kemudian beriman kepadanya, membenarkan semua tutur katanya, menjauhi apa yang diharamkan olehnya dan menghalalkan apa yang dihalalkan bagi kami. Karena itulah kami dimusuhi oleh masyarakat kami.
___________________________
3 Sirah Nabawiyah, DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, hal: 99.


Mereka menganiaya dan menyiksa kami, memaksa kami supaya meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala. Ketika mereka menindas dan memperlakukan kami dengan sewenang-wenang, dan merintangi kami menjalankan agama kami, kami terpaksa pergi kenegeri baginda. Kami tidak menemukan pilihan lain kecuali baginda, dan kami berharap tidak akan diperlakukan sewenang-wenang di negeri baginda.” Najasyi bertanya, “Apakah kamu dapat menunjukkan kepada kami sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah dari Allah?” Ja’far menjawab,”Ya.” Ja’far lalu membacakan surat Maryam. Mendengar firman Allah itu Najasyi berlinang air mata. Najasyi lalu berkata,”Apa yang engkau baca dan apa yang dibawa oleh Isa seseungguhnya keluar dari satu misykat”.4
Kemudian Najasyi menoleh kepada kedua orang utusan kaum musyrik seraya berkata,”Silakan kalian berangkat pulang. Demi Allah, mereka tidak akan kuserahkan kepada kalian.”
Keesokan harinya utusan kaum musyrik itu menghadap Najasyi. Kedua  utusan itu berkata kepada Najasyi, “Wahai baginda raja, sesunguhnya mereka menjelek-jelekkan Isa putra Maryam. Panggillah mereka, dan tanyakanlah pandangan mereka tentang Isa.” Kemudian mereka dihadapkan sekali lagi kepada Najasyi untuk ditanya tentang pandangan mereka terhadap Isa al-Masih. Ja’far menerangkan, Pandangan kami mengenai Isa sesuai dengan yang diajarkan kepada kami oleh Nabi kami, yaitu bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan Allah, ruh Allah dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada perawan Maryam yang sangat tekun bersembah sujud.”
Najasyi kemudian mengambil sebatang lidi yang terletak di atas lantai, kemudian berkata, “Apa yang engkau katakan tentang Isa tidak berselisih, kecuali hanya sebesar lidi ini.” Kemudian Najasyi mengembalikan barang-barang hadiah dari kaum Musyrik Quraisy kepada utusan itu. Sejak saat itulah kaum Muslim tinggal di Habasyah dengan tenang dan tentram. Sementara kedua utusan itu kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Setelah beberapa waktu tinggal di Habasyah, sampailah kepada mereka berita tentang masuk Islamnya penduduk Makkah.
__________________________
4 Yang dimaksud satu misykat adalah pancaran sinar yang satu dan sama. Lihat Sirah Nabawiyah,Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, hal: 131; Sirah Nabawiyah, DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, hal: 100. 


Mendengar berita ini mereka segera kembali ke Makkah, hingga ketika sudah hampir masuk ke kota Makkah, Mereka baru mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar. Karena itu, tidak seorang pun dari mereka yang masuk Makkah kecuali dengan perlindungan (dari salah seorang tokoh Quraisy) atau dengan sembunyi-sembunyi. Mereka seluruhnya berjumlah tiga puluh orang. Diantara mereka yang masuk Makkah dengan ”perlindungan” ialah Utsman bin Mazh’un; ia masuk dengan jaminan perlindungan dari al-Walid bin al-Mughirah; dan Abu Salamah dengan jaminan perlindungan Abu Thalib.

j.        Quraisy Mengancam Abu Thalib
Para pembesar Quraisy mendatangi Abu thalib, mereka meminta Abu Thalib untuk menghentikan Rasulullah.Mereka mengancam hingga salah satu dari kedua belah pihak binasa. Ancaman ini cukup menggentarkan Abu Thalib. Maka dia mengirim utusan untuk menemui Rasulullah yang memintanya untuk menghentikan. Rasulullah mengira pamannya sudah tidak mau lagi mendukungnya. Maka beliau bersabda, “Wahai pamanku, Demi Allah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya.” Mendengar itu mata Abu Thalib mengucurkan air mata lalu bangkit. Tatkala beliau hendak beranjak, Abu Thalib memanggil beliau, lalu berkata, “Pergilah anak saudaraku dan katakanlah apa pun yang engkau sukai. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan dirimu kepada siapa pun.”  Lalu dia melantunkan syair,
“Demi Allah,
Mereka semua tidak akan bisa menjamah
Hingga aku terbujur kaku di dalam tanah
Tampakkanlah urusanmu dan jangan kurangi
Pilihlah yang engkau suka dan senangi.”

k.       Quraisy Mendatangi Abu Thalib Sekali Lagi
            Melihat Rasulullah menjalankan aktivitasnya dan mereka tahu bahwa Abu Thalib tidak mau menelantarkan beliau, dan dia juga sudah menyatakan kesanggupannya untuk berpisah dengan mereka bahkan memusuhi mereka, maka mereka mendatangi Abu Thalib sekali lagi, sambil membawa Ammarah bin Al-walid bin Al-Mughirah seorang pemuda Quraisy yang paling bagus dan tampan. Mereka menginginkan untuk menukar pemuda tersebut dengan Rasulullah, namun hal tersebut di tolak oleh Abu Thalib.

l.        Ide untuk Menghabisi Nabi
            Setelah orang-orang Quraisy mengalami kegagalan dalam dua kali kedatangan mereka untuk mempengaruhi Abu Thalib, maka mereka kembali bersikap keras dan bengis, bahkan jauh lebih keras dari sebelumnya. Pada hari-hari itu, tiba-tiba muncul ide di kepala para Thaghut mereka untuk menghabisi Rasulullah dengan cara lain. Tapi justru kebengisan dan munculnya ide semacam itu yang semakin mengokohkan posisi Islam, dengan mesuknya dua pahlawan Makkah, yaitu Hamzah bin Abdul-Muththalib dan Umar bin Al-Khaththab.

m.    Duta Quraisy Tercenung di Hadapan Rasulullah
            Setelah dua pahlawan yang gagah berani ini masuk Islam, yaitu Hamzah dan Umar, maka mendung serasa menggelantung dan orang-orang musyrik kerepotan mencari bentuk penyiksaan dan tekanan terhadap orang-orang Muslim. Rabi’ah yang termasuk pemuka Quraisy menghampiri Rasulullah yang sedang duduk di Masjidil-Haram sendirian. Ia berusaha mengajukan berbagai macam penawaran kepada Rasulullah dengan satu tujuan, menghentikan dakwah. Rasulullah mendengarkan dengan sabar Tawaran tersebut. Namun setelah Utbah yang juga biasa dipanggil Abul walid selesai berbicara maka Rasulullah memintanya untuk bergantian mendengarkan ucapan beliau. Beliau bersabda, “Bismillahir-rahmanir-rahim…” lalu beliau membaca (Qs. Fushshilat : 1-5)
Utbah mendengarkan dan menyimak bacaan beliau, hingga sampai ayat sajdah, lalu beliau sujud. Ketika Utbah kembali menghampiri rekan-rekannya ia menceritakan perkataan yang pelum pernah ia dengar sama sekali sebelumnya.5 

n.      Abu Thalib Mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
            Perjalanan situasi dan kondisi telah banyak yang berubah. Tetapi Abu thalib masih dibayangi kekhawatiran terhadap gangguan orang-orang musyrik terhadap anak saudaranya. Dia menyimak kembali satu peristiwa yang sudah terjadi.
____________________
5 Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, hal: 145-146.


Orang-orang musyrik pernah mengancamnya agar dia menghentikan anak saudaranya.  Kemudian berusaha menukarnya dengan Ammarah bin Al-Walid untuk dibunuh, Abu Jahal pernah mendatangi anak saudaranya sambil membawa batu untuk ditimpukkan kepadanya, Uqbah bin Abu Mu’aith pernah menjerat leher anak saudaranya dengan pakaiannya dengan maksud untuk membunuhnya, dan lain-lainnya. Abu thalib mengingat-ingat kembali semua kejadian ini. Dia bisa mencium bau busuk yang menyengat di dalam sanubarinya dan merasa yakin bahwa orang-orang musyrik hendak merusak perlindungannya, dengan maksud untuk menghabisi anak saudaranya. Hamzah atau Umar atau siapapun tentu tak kan sanggup menghalangi orang-orang musrik itu.
Abu thalib merasa yakin dengan hal itu, bahwa mereka telah sepakat untuk membunuh Rasulullah secara terang-terangan. Kesepakatan mereka itu juga telah diisyaratkan di dalam firman Allah (Qs. Az-Zukhruf: 79).
÷Pr& (#þqãBtö/r& #\øBr& $¯RÎ*sù tbqãBÎŽö9ãB ÇÐÒÈ  
Lalu apa yang akan dilakukan Abu Thalib? Dia berdiri di tengah anggota keluarganya dari Bani Hasyim, Bani Al-Muththalib dan Abdi Manaf, meminta kesediaan mereka untuk melindungi anak saudaranya. Ternyata mereka menyanggupinya, yang kafir maupun Muslim, sebagai langkah untuk menjaga kekerabatan. Yang tidak bergabung dalam kesediaan ini adalah saudaranya, Abu Lahab. Dia memisahkan diri dari mereka dan bergabung bersama orang-orang Quraisy lainnya.

o.  Pemboikotan Secara Menyeluruh
            Selama empat pekan, tepatnya selama jangka waktu yang relatif singkat, ada empat kejadian besar di mata orang-orang musyrik, yaitu : Hamzah masuk Islam, disusul Umar, Rasulullah menolak tawaran mereka dan kesepakatan bersama yang di jalin Bani Al-Muththalib dan Bani Hasyim, yang kafir maupun yang Muslim, untuk melindungi Rasulullah. Maka orang-orang Musyrik merasa bingung dan memang mereka layak untuk merasa bingung. Metreka sadar, jika darah Muhammad tumpah karena ulah mereka, maka Makkah pasti akan digenangi  darah manusia dan bahkan bisa membinasakan mereka semua. Karena menyadari hal ini, mereka beralih ke bentuk kezhaliman lain yang bukan pembunuhan, tapi dengan sasaran yang sama.

-          Piagam Kezhaliman dan Kesewenang-wenangan
Mereka berkumpul di perkampungan Bani Kinanah untuk membuat kesepakatan bersama menghadapi Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib. Isinya: Larangan menikah, berjual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, berbicara dengan mereka, kecuali jika secara sukarela mereka menyerahkan Muhammad untuk di bunuh. Untuk keperluan ini mereka menulis di atas selembar papan, berisi kesepakatan dan ketetapan untuk tidak menerima perjanjian dari Bani Hasyim dan tidak perlu ambil peduli terhadap keadaan mereka sebelum mereka menyerahkan beliau untuk di bunuh.

-    Tiga Tahun di Kaum Abu Thalib
Pemboikotan itu benar-benar ketat. Cadangan dan bahan makanan sudah habis. Tidak jarang terdengar suara para wanita dan anak-anak yang merintih karena kelaparan dari kaum perkampungan abu Thalib. Tapi Rasulullah bersama orang-orang Muslim tetap keluar pada masa musi haji untuk menemui orang-orang dan menyeru mereka kepada Islam.

-    Pembatalan Piagam
Utuh selama tiga tahun keadaan berjalan seperti itu. Pada bulan Muharram tahun ke sepuluh dari Nubuwah, papan piagam sudah terkoyak dan isinya terhapus. Akhirnya papan piagam itu benar-benar robek dan di batalkan. Orang-orang musyrik telah melihat satu tanda yang besar dari tanda-tanda nubuwah, tetapi mereka seperti yang di beritahukan Allah (Qs. Al- Qamar: 2)
bÎ)ur (#÷rttƒ Zptƒ#uä (#qàÊ̍÷èム(#qä9qà)tƒur ֍ósÅ @ÏJtGó¡B ÇËÈ  
Mereka berpaling dari ayat ini dan kekufuran mereka justru semakin menjadi-jadi.


p.       Utusan Quraisy Terakhir Yang Menemui Abu Thalib
            Usia Abu Thalib yang sudah udzur, yaitu lebih delapan puluh tahun, ditambah lagi penderitaan dan kesulitan yang harus dijalani sebelum itu selama pemboikotan, membuat badannya lemas dan tulang-tulangnya serasa mau lepas dari sendi-sendinya. Selang hanya beberapa bulan setelah pemboikotan itu, dia pun jatuh sakit. Orang-orang Quraisy merasa takut terhadap nama baik mereka di kalangan bangsa Arab jika berbuat yang tidak-tidak terhadap anak saudaranya setelah Abu Thalib meninggal dunia. Maka dari itu mereka mengirim utusan Quraisy terakhir yang menemui Abu Thalib. Mereka meminta Abu Thalib memanggil Rasulullah untuk diberi imbalan tertentu dan beliau harus menyerahkan urusan dirinya kepada mereka. Rasulullah tidak menerima tawaran tersebut dan beliau tetap menyeru kepada mereka untuk mengucapkan, ‘La ilaha illallah’, dan maninggalkan apa yang mereka sembah selain Alah, namun mereka tetap mempertahankan agama leluhur mereka. Tentang hal ini turun firman Allah (Qs. Shad: 1-7).
üÉ 4 Éb#uäöà)ø9$#ur ÏŒ ̍ø.Ïe%!$# ÇÊÈ   È@t/ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Îû ;o¨Ïã 5-$s)Ï©ur ÇËÈ   ö/x. $uZõ3n=÷dr& `ÏB NÎgÎ=ö7s% `ÏiB 5bös% (#ryŠ$oYsù |NŸw¨r tûüÏm <É$uZtB ÇÌÈ   (#þqç6Ågxur br& Mèduä!%y` ÖÉZB öNåk÷]ÏiB ( tA$s%ur tbrãÏÿ»s3ø9$# #x»yd ֍Ås»y ë>#¤x. ÇÍÈ   Ÿ@yèy_r& spolÎ;Fy$# $Yg»s9Î) #´Ïnºur ( ¨bÎ) #x»yd íäóÓy´s9 Ò>$yfãã ÇÎÈ   t,n=sÜR$#ur _|yJø9$# öNåk÷]ÏB Èbr& (#qà±øB$# (#rçŽÉ9ô¹$#ur #n?tã ö/ä3ÏGygÏ9#uä ( ¨bÎ) #x»yd ÖäóÓy´s9 ߊ#tãƒ ÇÏÈ   $tB $uZ÷èÏÿxœ #x»pkÍ5 Îû Ï'©#ÏJø9$# ÍotÅzFy$# ÷bÎ) !#x»yd žwÎ) î,»n=ÏG÷z$# ÇÐÈ  

q.       Tahun Berduka
-          Kematian Abu Thalib
Sakit Abu thalib semakin bertambah parah, tinggal menunggu saat-saat kematiannya, dan akhirnya dia meninngal pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari nubuwah, selang enam bulan setelah keluar dari pemboikotan. Ada yang berpendapat, dia meninggal dunia pada bulan Ramadhan, tiga bulan sebelum wafatnya Khadijah Radhiyallahu Anha. Abu thalib meninggal dalam keadaan tetap berada pada agama Abdul-Muththalib. Beliau bersabda, “Aku benar-benar akan memohon ampunan bagimu wahai paman selagi aku tidak dilarang melakukannya.”
Lalu turun ayat, (At-Taubah: 113) dan (Al-Qashash: 56).
Tidak bisa di bayangkan apa saja perlindungan yang diberikan Abu Thalib terhadap Rasulullah. Dia benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang yang sombong dan dungu. Namun sayang, dia tetap berada pada agama leluhurnya, sehingga sama sekali tidak mendapat keberuntungan.

-          Khadijah Menyusul
Kira-Kira dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul Mukminin Khadijah Al-Kubra meninggal dunia pula, tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun kesepuluh dari nubuwah, pada usia enam puluh lima tahun, sementara usia beliau saat itu lima puluh tahun.
Khadijah termasuk salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah. Khadijah mendampingi beliau Selama seperaempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, rela menyerahkan diri dan hartanya kepada beliau. Rasulullah bersabda tentang dirinya, “Dia beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakanku, menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang tidak mau mamberikannya kepadaku.”
Di dalam Shahihul-Bukhary, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Jibril mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil datang membawa bejana yang didalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-Nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”



-          Duka Yang Bertumpuk-tumpuk
Dua  peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang tidak terpaut lama, sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah, belum lagi cobaan yang lilancarkan kaumnya, karena dengan kematian keduanya mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu beliau. Mendung menjadi bertumpuk-tumpuk. Sehingga beliau hampir putus asa menghadapi mereka. Untuk itu beliau pergi ke Tha’if, dengan setitik harapan mereka berkenan menerima dakwah atau minimal mau melindungi dan mengulurkan pertolongan dalam menghadapi kaum beliau. Sebab beliau tidak lagi melihat seseorang yang bisa member perlindungan dan pertolongan. Tetapi mereka menyakiti beliau secara kejam, yang justru tidak pernah beliau alami sebelum itu dari kaumnya.
Apa yang beliau alami di Makkah juga dialami para sahabat. Hingga sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq berniat hijrah dari Makkah. Maka dia pergi hingga tiba di Barkil-Ghamad. Tempat yang ditujunya  adalah Habasyah. Namun akhirnya dia kembali lagi setelah mendapat jaminan perlindungan Ibnu- Dughunnah.
Menurut Ibnu Ishaq, setelah Abu Thalib meninggal dunia, orang-orang Quraisy semakin bersemangat untuk menyakiti Rasulullah dari pada saat dia masih hidup. Sehingga ada diantara mereka yang tiba-tiba mendekati beliau lalu menaburkan debu di atas kepala beliau. Beliau masuk rumah dan debu-debu itu masih memenuhi kepala. Lalu salah seorag putri beliau bangkit untuk membersihkan debu-debu itu sambil menangis. Beliau bersabda kepadanya, “Tak perlu menangis wahai putriku, karena Allah akan melindungi bapakmu.”
Pada saat-saat seperti itu beliau juga bersabda, “Aku tidak pernah menerima gangguan yang paling kubenci dari Quraisy, hingga Abu Thaib meninggal dunia.”
Karena penderitaan yang bertumpuk-tumpuk pada tahun itu, maka beliau menyebutnya sebagai “Amul-huzni” (tahun duka cita), sehingga julukan ini pun terkenal dalam sejarah.

r.       Menikah dengan Saudah
            Pada bulan Syawal tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah menikahi Saudah binti Zam’ah. Dia termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam, ikut hijrah ke Habasyah yang kedua. Suaminya adalah As-Sakran bin Amr, yang juga masuk Islam dan hijrah bersamanya pula. Dia meninggal dunia di Habasyah, atau menurut pendapat lain dia meninggal dunia di Makkah sepulang dari Habasyah. Beliau melamar Saudah lalu menikahinya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi beliau sepeninggal Khadijah. Setelah beberapa tahun kemudian, dia memberikan bagian gilirannya kepada Aisyah.

s.       Faktor-faktor yang Menguatkan Kesabaran, Ketabahan dan Keteguhan Hati
1 1)      Iman kepada Allah.
2 2)      Sosok pemimpin yang bisa menyatukan hati manusia, yaitu Rasulullah.
3 3)      Rasa tanggung jawab.
4 4)      Iman kepada Hari Akhirat.
5 5)      Al-Qur’an.
6 6)      Kabar gembira tentang datangnya keberhasilan
            Disamping itu semua, rasullah senantiasamenyuapi ruh mereka dengan santapan-santapan iman, membersihkan jiwa mereka dengan pengajaran hikmah dan Al-Qur’an, mendidik mereka dengan pendidik yang mendetail dan mendalam, membawa jiwa mereka ke tingkatan ruh yang tertinggi, kesucian hati, kebersihan akhlak, pembebasan dari kekuasaan materi, penentangan nafsu dan tunduk kepada Allah semata. Beliau mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, menuntun mereka untuk bersabar menghadapi siksaan, tabah dan lapang dada. Sehingga mereka semakin mantap berpegang teguh kepada agama, menjauhkan diri dari nafsu, mengharapkan surge, haus ilmu, menghisap diri sendiri, menundukkan kesenangan jiw, mengikat diri dengan kesabaran, ketabahan dan ketenangan jiwa.

3.      DAKWAH ISLAM di LUAR MEKAH
Pada bulan Syawal tahun kesepuluh dari kenabian atau sekitar akhir bulan Mei awal bulan Juni tahun 619 M. Rasulullah Saw pergi ke Tha’if. Yang berjarak sekitar 40 Mil dari kota Mekah. Beliau pergi dan kembali dengan berjalan kaki. Beliau disertai pembantunya Zaid bin Haritsah. Setiap melewati kabilah mereka berhenti untuk menyeru agar mereka mau memeluk Islam, tetapi tidak ada satu kabilah pun yang memenuhi seruan tersebut.
Beliau menetap di Tha’if selama sepuluh hari. Setiap pemuka disana beliau datangi dan menyerunya untuk masuk Islam. Tetapi tidak ada yang memenuhi seruan itu, dan mereka malah berkata, “Keluarlah dari negri kami! Usir orang ini dan kerahkan semua rakyat untuk memperdayanya!”
Ketika Rasulullah hendak keluar dari negeri itu, orang-orang jahat dan hamba sahaya mengikuti beliau dari belakang sambil mencaci dan memaki beliau dengan teriakan, sehingga orang-orang berkerumun mengelilingi beliau. Mereka membentuk dua barisan lalu melempari beliau dengan batu sambil mencerca. Batu-batu tersebut mengenai urat diatas tumit beliau sampai sandal beliau berlumuran darah. Sedangkan Zaid bin Tsabit melindungi beliau dengan badannya sehingga tak terhitung luka yang ada dikepalanya. Mereka melakukan itu sampai Nabi Saw tiba didekat kebun milik Utbah dan Syaibah, kira-kira 3 Mil dari Tha’if sampai disitu mereka pun kembali.
Kemudian Rasulullah berjalan menuju mekah, kemudian beliau menetap terlebih dahulu di gua Hira. Rasulullah Saw pun berjalan kaki hingga sampai di Hajar Aswad, lalu beliau menciumnya dan melakukan thawaf serta shalat dua rakaat. Kemudian beliau menuju rumahnya. Sementara Muth’im beserta kaumnya tetap berjaga dengan sejata mereka sampai Rasulullah Saw masuk ke dalam rumahnya.   

4.      MENAWARKAN ISLAM KEPADA KABILAH-KABILAH dan INDIVIDU

Pada bulan Dzulqai’dah tahun kesepuluh dari kenabian berpendapat dengan akhir Juni atau awal bulan Juli tahun 619M. Rasulullah Saw kembali ke Mekah untuk memulai langkah langkah baru dalam menyebarkan Islam baik per individu maupun kepada kelompok kabilah yang ada. Beliau telah bersiap-siap karena musim haji akan segera datang artinya seluruh orang dari penjuru negeri Arab akan tumpah kesana menunaikan ibadah haji.

a.      Kabilah-kabilah  Yang Di Tawari Islam

Az-Zuhri mengatakan, Dimana nama-nama kabilah yang kami didapati dimana Rasulullah Saw menawari mereka, yaitu bani Amir bin Sha’sha’ah, Muharib bin Khashfah, Fazarah, Ghassan, Murrah, Hanifah, Salim, Bas, bani Naashr, bani Bakka’, Kilab, Harits, Ibnu Ka’ab, Udzrah, serta Hadhramaut. Dari semuanya, tidak ada satu kabilah pun yang mau menerima tawaran Rasulullah Saw.

b.      Orang-orang Beriman yang Bukan dari Penduduk Mekah

Disamping Rasulullah Saw menawarkan Islam kepada para kabilah secara berkelompok, beliau juga menawarkan Islam kepada orang perindividu. Beliau menyerunya secara pribadi sehingga beliau mendapat jawaban yang membahagiakan dari sebagian mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan mau beriman, antara lain :
1)      Suwaid bin Shamit
2)      Iyas bin Ma’adz
3)      Abu Dzar al-Ghifari
4)      Thufail bin Umar ad-Dausy
5)      Dhimad al-Azdy

c.       Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah r.a

Pada bulan Syawal tahun kesebelas hijrah dari kenabian, Rasulullah Saw menikahi Aisyah r.a yang saat itu masih berusia enam tahun. Beliau berkumpul dengannya di Madinah pada bulan syawal tahun pertama hijrah, saat itu Aisyah sudah berumur Sembilan tahun.

5.      ISRA dan MI’ RAJ

Nabi Muhammad Saw melalui tahapan ini, kondisi beliau berada pada posisi terjepit antara titik keberhasian dihadapan dan tekanan yang terus mendera. Nampak gemerlap cahaya bintang dikejauhan maka terjadilah peristiwa Isra dan Mi’raj.

Beberapa pendapat tentang terjadinya Isra dan Mi’raj :

a)      Ath-Thabari berpendapat Isra terjadi pada tahun dimana Rasulullah dimuliakan dengan nubuwwah.
b)      An-Nawawi dan Qurthuby mengatakan Isra terjadi pada tahun kelima setelah kerasulan.
c)      Satu pendapat mengatakan Isra terjadi pada tanggal tujuh belas bulan rajab tahun kesepuluh dari kenabian.
d)     Pendapat lain mengatakan bahwa Isra terjadi tanggal dua belas Ramadhan tahun ke tiga belas dari kenabian atau satu tahun dua bulan sebelum hijrah.
e)      Ada juga yang berpendapat bahwa Isra terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga belas dari kenabian atau dua bulan sebelum hijrah.
f)       Pendapat lain mengatakan Isra terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas dari kenabian atau satu tahun sebelum hijriah.

Tiga pendapat yang pertama tidak dapat diterima sebab khadijah saja meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh dari kenabian. Kematiannya terjadi sebelum turunnya perintah sholat lima waktu. Tidak ada yang berbeda pendapat bahwa kewajiban sholat turun setelah peristiwa Isra dan Mi’raj, sedangkan tiga pendapat yang terakhir tidak ada riwayat yang menguatkannya, kecuali bahwa konteks ayat dalam surat al-Isra menunjukkan bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj terjadi pada masa akhir.

Banyak sekali peristiwa yang beliau saksikan dalam perjalanan Isra dan Mi’raj, diantaranya :
a.       Nabi Saw ditawari susu dan arak.
b.      Beliau menyaksikan menyaksikan enam sungai yang mengalir dari pangkal Sidratul Muntaha.
c.       Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka yang wajahnya masam, tidak tersenyum dan tidak ada keramahan sama sekali. Beliau juga melihat surga dan neraka.
d.      Beliau melihat gambaran orang yang suka memakan harta anak yatim dengan jalan sewenang-wenang.
e.       Beliau juga melihat gambaran orang yang biasa makan riba.
f.       Beliau juga melihat gambaran ahli zina.
g.      Beliau juga melihat gambaran wanita-wanita yang suka mendatangi lelaki yang bukan mahramnya.
h.      Beliau juga melihat kalifah dari Ahli Mekah yang pulang pergi.

Ibnu Qayyim mengatakan, ketika pagi menjelang. Rasulullah Saw menceritakan apa yang dialaminya tersebut kepada kaumnya maka mereka semakin mendusakan beliau, seraya mengejek beliau.Diantara mereka ada yang meminta Rasulullah untuk menceritakan cirri-ciri Baitul Muqaddas maka Allah menampakkannya, seolah berada dihadapan Nabi lalu menceritakan segala ciri-cirinya sehingga mereka tidak bisa mengingkari hal itu.Rasulullah juga menceritakan apa yang telah beliau lalu. Tetapi tidak bertambah pada diri mereka, kecuali kekufuran.
Alasan yang paling nyata dan paling besar dari perjalanan ini adalah firman Allah:
z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uŽó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 šÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtƒÎŽã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»tƒ#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$# ÇÊÈ  
 Agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan kami.(QS.Al-Isra:1)

6.      BAI’ AT AQABAH PERTAMA

Pada musim haji berikutnya, yaitu tahun kedua belas dari kenabian bertepatan dengan bulan juli tahun 621M, datang dua belas orang. Diantara mereka ada lima orang dari keenam orang yang tahun lalu bertemu dengan Rasulullah Saw yag saat itu tidak hadir adalah Jabir bin Abdillah bin Ri’ab, sedangkan tujuh orang sisanya adalah orang baru, mereka diantaranya :
1)      Muadz bin al-Harits bin Afra’ dari bani Najjar
2)      Dzakwan bin Abdul Qais dari bani uraiq
3)      ‘Ubadah bin ash-Shamit dari bani Ghanam
4)      Yazud bin Tsa’labah dari seketu bani Ghanam
5)      Al-Abbas bin ‘Ubadah bin Nadhlah dari bani Salim
6)      Abul Haitsam bin at-Tayahan dari bani Abdul Asyhal
7)      ‘Uwaim bin Sa’adah dari bani Umar bin ‘Auf
Dua orang yan disebutkan terakhir berasal dari kabilah Aus, sedangkan lima orang pertama dari kabilah Khazraj. Mereka semua datang menemui Rasulullah Saw di Aqabah, di Mina. Mereka menyatakan bai’atnya sebagai mana butir-butir bai’at para wanita pada saat penakhlukan kota mekah.

a.      Utusan Islam di Kota Madinah
Setelah bai’at dilaksanakan dan musim haji telah berakhir, Rasulullah Saw mengirim utusan bersama dengan orang-orang yang telah berbai’at itu untuk ikut ke Yatsrib, yaitu Mush’ab bin Umair al-Abdary, salah seorang pemuda yang paling dahulu masuk islam. Dia adalah utusan pertama yang dikirim kesana untuk mengajarkan Islam kepada orang yang telah masuk Islam di Yatsrib sekaligus menyebarkan Islam kepada mereka yang masih Musyrik.

b.      Keberhasilan yang Sangat Memuaskan
Mush’ab bin Amir menginap dirumah As’ad bin Zurarah. Keduanya menyebarkan Islam di Yatsrib dengan sungguh-sungguh dan bersemangat. Mush’ab cukup dikenal sebagai orang yang pintar membaca.

Diantara yang menggambarkan keberhasian dakwah mereka adalah ketika As’ad bin Zurarah pergi kerumah Abdul Asyhal dan rumah bani Dhafar. Mush’ab dan As’ad memasuki salah satu kebun milik bani Dhafar, lalu mereka duduk disumur,yang dikenal sebagai sumur Maraq. Beberapa orang yang telah masuk Islam berkumpul disekitar mereka berdua.

Ketika itu adaa du orang pemuka kaum bani Abdul Asyhal, yaitu Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair. Mereka berdua masih Musyrik. Ketika keduanya mendengar apa yang dilakukan oleh Mush’ab dan As’ad. Kemudian Usaid pun datang, llu berhenti di hadapan keduanya dengan membawa tumbak.

Lalu Mush’ab menjelaskan tentang Islam kepadanya disertai dengan bacaan ayat suci alQur’an. (Mush’ab berkata, “Demi Allah, aku melihat pancaran Islam pada wajahnya sebelum dia berbicara.”)

Setelah itu, Usaid berkata, “Betapa bagus dan indah. Apa yang kalian lakukan ketika kalian masuk agama ini?”

Mush’ab dan As’ad menjelaskan, “Mandilah bersihkan pakaianmu, kemudian ucapkan kalimat syahadat secara benar, lalu sholatlah dua rakaat.”

Kemudian Usaid berdiri untuk mandi dan membersihkan pakaiannya, kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dan sholat dua rakaat.   

7.      BAI’ AT AQABAH KEDUA

Pada Musim haji tahun ketiga belas dari kenabian atau bertepatan dengan bulan Juni tahun 622M, ada sekitar tujuh puluh orang muslim dari kota Yatsrib yang datang ke Mekah untuk menunaikan haji. Mereka datang bersama dengan rombongan orang-orang musyrik. Sesampainya di Mekah mereka berhubungan secara sembunyi-sembunyi dengan Rasulullah sehingga melahirkan kesepakatan bersama untuk berkumpul di sebuah bukit diaqabah pada pertengahan hari Tasyrik, atau pada saat melempar jumrah pertama setelah dari Mina. Pertemuan tersebut sangat rahasia sehingga dilaksanakan di bawah gelapnya malam.

a.      Poin - Poin Bai’at

1 1)      Untuk mendengar dan taat baik ketika bersemangat maupun sedang malas.
2 2)      Untuk menafkahkan harta baik dalam keadaan sulit ataupun mudah.
3 3)      Untuk memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.
4 4)      Untuk tegak berdiri membela Allah dan tidak merisaukan celaan orang yang suka mencela Allah.
5 5)      Untuk menolongku jika aku datang kepada kalian, dan mellindungiku sebagaimana kalian melindungi diri, istri, dan anak-anak kalian, dan balasan kalian adalah surga.

b.      Pengokohan Terhadap Bai’at

Setelah dialog tentang persyaratan bai’at selesai dan akad bai’at akan dimulai, dua orang dari mereka berdiri dari kelompok yang pertama masuk Islam pada dua musim haji, yaitu tahun kesebelas dan tahun kedua belas dari kenabian. Satu dari keduanya berdiri, kemudian yang satu lagi mengikuti untuk menguatkan bahwa tanggung jawab yang akan dipikul merupakan satu beban yang sangat hebat sehingga mereka hanya mau berbai’at, setelah mengetang sebenarnya. Lalu mereka mengetahui sejauh mana kesiapan untuk berkorban dalam bai’at ini.

c.       Pelaksanaan Bai’at

 Setelah poin-poin bai’at diikrarkan, dan pengokohan tekad sudah tuntas, maka akad bai’at pun dimulai dengan berjabat tangan.

d.      Dua Belas Pemuka Kaum

Setelah bai’at selesai dilaksanakan, Rasulullah Saw meminta agar menunjukan dua belas orang agar menjadi pemukaan kaumnya. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas terlaksananya poin-poin bai’at, antara lain :
Dari Kaum Khazraj, yaitu :
1.      As’ad bin Zurarah bin ‘Adas
2.      Sa’ad bin Rabi’ bin Abas
3.      Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah
4.      Rafi’bin Malik bin ‘Ajlan
5.      Al-Barra’ bin Ma’rur bin Shakhra
6.      Abdullah bin Umar bin Haram
7.      Ubadah bin ash-Shamit bin Qais
8.      Sa’ad bin Ubadah bin Dulaim, dan
9.      Al-Mundzir bin Umar bin Khunais

Dari kaum Aus, yaitu :
10.  Usaid bin Hudhair bin Simak
11.  Sa’ad bin Khaitsamah bin al-Harits dan
12.  Rifa’ah bin Abdul Mundzir bin Zubair

Setelah penunjukkan tersebut, Rasulullah Saw mengambil sumpah khusus sebagai pemimpin, beliau bekata kepada mereka “ Kalian adalah orang yang bertannggung jawab atas kaum yang kalian pimpin, sebagaimana tangggung jawab yang dipikul oleh kaum Khawaryyun atas Nabi Isa a.s dan aku adalah orang yang bertanggung jawab atas kaumku.” Maksudnya adalah kaum Muslimin. Mereka menjawab dengan tegas, “Baik”.

e.       Seorang “Setan” Quraisy Mendeteksi Pembai’atan

Setelah prosesi bai’at tuntas dilaksanakan, mereka merasa khawatir kalau-kalau peristiwa bai’at ini dipergoki oleh salah seorang “Setan” Kafir Quraisy. Untung saja dia mempergokinya ketika bai’at telah selesai dilaksanakan sehingga dia tidak mempunyai kesempatan untuk membocorkannya.

f.       Kesiapan Kaum Anshar untuk Menggempur Kafir Quraisy

Ketika suara seorang Kafir Quraisy tadi, al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah berseru, bahwa besok mereka akan menghabisi Ahli Mina dengan pedang-pedang mereka.

8.      ORANG-ORANG QURAISY MEMPROTES PEMIMPIN-PEMIMPIN YATSRIB

Mendengar bai’at tersebut orang-orang kafir Quraisy terguncang hebat. Mereka merasa resah dan gelisah. Sementara orang-orang Khazraj yang belum masuk Islam tidak mengetahui apapun sebab peristiwa tersebut. Sementara itu orang-orang Yatsrib yang telah memeluk Islam hanya saling berpandang dan tutup mulut, mereka tidak berkata baik mengingkari maupun mengingkarinya sehingga para pemimpin Quraisy mempercayainya. Orang-orang Kafir Quraisy kembali dengan tanda tanya dan tentang benar tidaknya bai’at tersebut.

9.      PERMULAAN HIJRAH

Dengan suksesnya bai’at aqabah kedua berhasil, Islam telah berhasil meletakkan dasar sebagai tempat berbijak ditengah gelombang padang pasir yang penuh dengan kebodohan dan kekufuran. Ini merupakkan keberhasilan Islam yang paling besar selama perjuangan dakwah Rasulullah Saw di Mekah, maka beliaupun mempebolehkan kaum muslimin untuk melakukkan hijrah ke Yatsrib.

10.  PARLEMEN QURAISY di DARUN NADWAH

Bahaya yang sedang dihadapi oleh kaum musyrikin semakin bertambah. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari jalan untuk menyingkirkan bahaya ini, yang sumbernya adalah satu, yaitu pembawa panji dakwa Islam yang tiada lain adalah Muhammad maka, pada hari Kamis, 26 Shafar Tahun ke 14 dari kenabian, bertepatan dengan tanggal 12 September  622M, atau sekitar 2 bulan setengah dari peristiwa bai’at, Aqabah Kubra digelarlah parlemen Mekah di Darun Nadwah yang dimulai sejak pagi hari. Pertemuan ini merupakkan peristiwa palng penting dalam sejarah mereka. Pertemuan ini dihadiri oleh para pemuka dan pemimpin tiap kabilah di bani Quraisy. Mereka mengkaji langkah yang paling tepat untuk menghabisi pembawa panji daqwah Islamiah sehingga bisa menghentikan pancaran sinarnya dari permukaan bumi.

11.  RASULULLAH  SAW HIJRAH

Karena rencana itu meupakan rahasia mereka, maka mereka melewati hari sepertihari-hari biasanya, tidak menampakan gelagat apapun sehingga tidak ada orang yang mencium rencana busuk tersebut. Ini adalah tipu daya dan muslihat orang-orang kafir Quraisy, tanpa mereka sadari bahwa mereka memasang muslihat bagi Allah Saw, maka Allah akan menggagalkan rencana mereka. Allah mengutus Jibril kepada Rasulullah dengan membawa wahyu yang memberitahukan rencana busuk orang-orang Quraisy itu. Allah telah mengijinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu kepergiannya. Setelah rencana itu disepakati, beliau kembali kerumahnya nanti datangnya malam. Beliaupun melaksanakan rutinitas hariannya seperti biasa sehingga tidak ada seorangpun yang mengetahui rencana kepergian beliau.
Rasulullah Saw Meninggalkan Rumahnya pada tengah malam tanggal 27 Shahafar  tahun ke 14 dari kenabian, bertepatan dengan tanggal 12 atau 13 September 622M.6
Beliau mendatangi rumah sahabatnya yang menjadi orang kepercayaannya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lalu mereka berdua pergi lewat pintu belakang dengan tergesa-gesa karena khawatir segera terbit fajar.
Beliau mengetahui hanya jalur utama yang biasa ditempuh menuju Madinah, yaitu melalui jalur utara maka Rasulullah memilih jalur yang lain, yaitu dari selatan Mekah  yang mengarah ke Yaman. Beliau menempuh jarak kurang lebih 5 Mill hingga tiba disebuah gunung yang dikenal dengan Gunung Tsur. Abu bakar sempat memapah beliau, dan mengikatkan tubuh beliau kebadannya, hingga sampai kesebuah gua dipuncak gunung. Gua tersebut dikenal dengan Gua Tsur.Mereka berdua sembunyi didalam gua selama 3 malam. Pada saat itu, seluruh kafir Quraisy sibuk mencari dan memburu Muhammad, baik yang menunggang kuda maupun yang berjalan kaki. Mereka menyebar kegunung-gunung, menyelusuri lembah, menaiki dataran tinggi, dan menuruni dataran rendah. Tetapi tetap nihil dan kembali tanpa hasil.
_______________________
6 Shahih Sirah Nabawiah, Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfry, Hal : 207.


Ketik semangat mulai mengendur dan aktifitas pengejaran serta penjagaan mulai menurun, dan setelah usaha kafir Quraisy selama 3 hari tanpa membuahkan hasil maka Rasulullah bersama dengan Abu Bakar mempersiapkan diri untuk keluar menuju Madinah. Pada hari senin tanggal 8 Rabiul Awal  tahun ke 14 dari kenabian, atau pada tahun pertama hijrah bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M, Rasulullah tiba di Quba. Rasulullah menetap di Quba selama 4 hari, dari hari Senin sampai dengan hari Kamis.7
Disana beliau membangun masjid Quba dan mendirikan salat disana. Masjid itulah yang menjadi masjid pertama yang dibangun atas dasar ketaqwaan setelah nubuwah. Pada hari Jum’at beliau melanjutkan perjalanan, secara bergelombang menuju Madinah. Solat jum’at dilakukan di masjid di tengah lembah. Setelah solat jum’at Rasulullah melnjutkan perjalanan sampai di Madinah. Mulai dari hari itu, kota Yatsrib disebut Madinaturasul Saw yang kemudian disingkat menjadi Madinah saja. Hari itu merupakan hari yang monumental. Semua rumah dan jalan-jalan ramai dengan gema tahmid dan tasbih, anak gadis kaum Anshar menyenandungkan syair-syair kegembiraan.

___________________________
7 Shahih Sirah Nabawiah, Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfry, Hal : 218.



                                                                                   II.            PENUTUP


            Dalam perjalanan dawah, Rasulullah mendapatkan berbagai ganguan, siksaan, ejekan, dan olok-olok yang dilancarkan orang-orang yang mentang dan bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman disekitar beliau. Namun beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tapi karena keridhaan Allah semata. Demikianlah perjalanan beliau hingga dimadinah, yang menjadi tanda berakhirnya satu periode perjuangan Islam yaitu periode Mekah.



   III.            DAFTAR PUSTAKA


1.      DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah (Jakarta : Qisthi Press, 2005).
2.      DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah (Jakarta : Robbani Press, 1999).
3.      Syaikh Shafiyyurrahman Al –Mubarakfury, Sirah Nabawiyah (Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 1997).
4.      Syaikh Shafiyyurrahman Al –Mubarakfury, Sirah Nabawiyah ( Darul Aqidah, 2007).

Tidak ada komentar: