MAKALAH SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM
“DAKWAH NABI MUHAMMAD
KETIKA DI MEKKAH”
I.
PENDAHULUAN
Allah
telah memerintahkan kepada nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam
Firman Allah, QS. Almuddatstsir: 1-7
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ Îh/tÏ9ur ÷É9ô¹$$sù ÇÐÈ
Dari
Ayat diatas menjelaskan perintah untuk berdawah. Dan semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia,
penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan
keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah. Menurut Ibnu
Qayyim, dakwah Rasulullah terbagi dalam lima tingkatan (bentuk), yaitu:
1. Pengumuman
kenabian.
2. Memberi
peringatan (berdakwah) kepada keluarga dan karabat.
3. Memberi
peringatan (berdakwah) kepada kaum dan masyarakatnya.
4. Memberi
peringatan (berdakwah) kepada masyarakat luas yang belum pernah mendapatkan
peringatan dari seorang nabi sebelumnya, ini adalah bangsa Arab secara
keseluruhan.
5. Memberi
peringatan (berdakwah) kepada seluruh umat manusia dan setiap makhluk yang bisa
mendengar dakwahnya sampai Kiamat.1
Masa
dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terbagi menjadi dua periode,
yang satu berbeda secara total dengan
yang lain, yaitu:
1. Periode
Makkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
2. Periode
Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
_____________________
1 Biografi
Rasulullah, DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, Hal : 181.
Adapun pada makalah ini yang akan kami
bahas adalah Periode Makkah. Periode ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu:
1) Tahapan
dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
2) Tahapan
dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak
tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
3) Tahapan
dakwah di luar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari
nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
A.
DAKWAH
PERIODE MAKKAH
1.
TAHAPAN
DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Makkah
merupakan sentral agama Bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap Ka’bah
dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh
Bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit
dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan
mereka. Hal ini membutuhkan kemauan keras yang tidak bisa diguncang musibah dan
kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi seperti ini, tindakan yang paling
bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Makkah
tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menampakkan Islam pada awal mulanya
kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarga dan
sahabat-sahabat karib beliau.
Ibnu
Ishaq berkata, “Setelah itu banyak orang yang masuk Islam, baik laki-laki
maupun wanita, sehingga nama Islam menyebar diseluruh Makkah dan banyak yang
membicarakannya.” 2
Selama
tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang
senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu.
Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menampakkan dakwah kepada kaumnya,
menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhala sesembahan mereka.
_______________________
2
Lihat
Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, hal: 104.
2.
TAHAPAN
DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
Wahyu
pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah,
t¤yur
/ä3s9
$¨B
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
$tBur
Îû
ÇÚöF{$#
$YèÏHsd
çm÷ZÏiB
4
¨bÎ)
Îû
Ï9ºs
;M»tUy
5Qöqs)Ïj9
crã©3xÿtGt
ÇÊÌÈ
“Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.” (Asy-syu’ara’: 214).
a.
Manyeru
Kerabat - Kerabat Dekat
Langkah pertama yang
dilakukan Rasulullah setelah turun ayat diatas, ialah dengan mengundang Bani
Hasyim. Mereka memenuhi udangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani
Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada empat puluh lima orang.
Rasulullah mendapat pertentangan dari Abu Lahab. Rasulullah hanya diam dan sama
sekali tidak berbicara dalam pertemuan itu. Kemudian beliau mengundang mereka
untuk kedua kalinya. Abu Lahab tetap menentang yan disampaikan Rasulullah,
namun Abu Thalib berjanji akan selalu melindungi Rasulullah meskipun tetap
tidak meninggalkan agama Bani Abdul Muththalib.
b.
Di
Atas Bukit Shafa
Setelah Rasulullah
merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan
wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas Shafa, lalu berseru,
“Wahai semua orang!” Maka semua suku Quraisy berkumpul memenuhi seruan beliau,
lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta
iman kepada hari akhirat.
c.
Menyampaikan
Kebenaran Secara Terang-Terangan dan Menentang Tindakan Orang-Orang Musyrik
Seruan beliau terus bergema di seantero
Makkah, hingga kemudian turun ayat,
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
“Maka
sampikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr: 94).
Maka Rasulullah langsung bangkit
menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan
berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Ketidak berdayaan
berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan beberapa contoh perumpamaan,
disertai penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala dan
menjadikannya sebagai wasilah antara dirinya dan Allah berada dalam kesesatan yang
nyata.
d.
Quraisy
Mengirim Utusan Kepada Abu Thalib
Setelah menguras
pikiran, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali mendatangi paman beliau, Abu
Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apapun yang dilakukan
anak saudaranya. Namun dengan perkataan yang halus dan penolakan yang lembut
Abu Thalib menolak permintaan mereka.
e.
Membuat
Kesepakan Bersama Melarang Orang-orang Yang Menunaikan Haji untuk Mendengarkan
Dakwah
Selama masa-masa itu
orang-orang Quraisy juga disibukkan urusan lain, yaitu semakin dekatnya jarak
antara dakwah secara terang-terangan dengan kedatangan musim haji. Mereka
menyadari bahwa berbagai utusan dari seluruh Jazirah Arab akan mendatangi
mereka. Oleh karena itu mereka berpendapat untuk mengeluarkan satu pernyataan resmi
yang disampaikan kepada bangsa Arab bahwa Muhammad adalah seorang yang keluar
dari agama dan seorang pendusta, agar dakwah beliau tidak meninggalkan pengaruh
di dalam jiwa mereka.
f.
Beberapa
Cara untuk Menghadang Dakwah
1 1) Ejekan,
penghinaan, olok-olok dan penertawaan.
2 2) Menjelek-jelekkan
ajaran Rasulullah.
3 3) Melawan
Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng
itu, agar mereka meninggalkan A-Qur’an.
4 4) Menyodorkan
beberapa bentuk penawaran, hingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk
mempertemukan Islam dan Jahiliyah di tengah jalan. Orang-orang musyrik siap
meninggalkan sebagian dari apa yang ada pada diri mereka dan begitu pula Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam.
g.
Berbagai
Macam Tekanan
Orang-orang
musyrik berusaha memerangi Islam dengan mengganggu Rasulullah, menyiksa
orang-orang yang masuk Islam, menghadang mereka dengan berbagai siasat dan
cara.
h.
Darul-Arqam
Langkah
bijaksana yang diambil Rasulullah dalam menghadapi berbagai tekanan itu, beliau
melarang orang-orang muslim menampakkan ke-Islamannya, baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Beliau tidak menemui mereka kecuali dengan cara
sembunyi-sembunyi. Sebab jika sampai diketahui beliau bertemu mereka, tentu
orang-orang musyrik berusaha menghalangi usaha beliau untuk mensucikan jiwa
orang-orang muslim dan mengajarkan Al-Kitab. Bahkan tidak menutup satu
kemungkinan yang menjurus kepada bentrokan fisik antara kedua belah pihak.
Tempat tinggal Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumy yang berada di atas bukit Shafa
dan terpencil dari pengintaian mata-mata Quraisy, menjadi markas dakwah beliau,
dan sekaligus menjadi tempat pertemuan orang-orang muslim semenjak tahun kelima
dari nubuwah.
i.
Hijrah
ke Habasyah yang Pertama
Ketika
Rasulullah melihat keganasan kaum musyrik kian hari bertambah keras, sedang
beliau tidak dapat memberikan perlindungan kepada kaum muslim, turun surat
Al-Kahfi, sebagai sanggahan terhadap berbagai pertanyaan yang disampaikan
orang-orang musyrik kepada rasulullah. Surat ini meliputi tiga kisah, disamping
didalamnya terdapat isyarat yang pas dari Allah terhadap hamba-hambanya yang
beriman.Kisah pertama tentang Ashhabul-kahfi
, kisah kedua tentang khidhr dan Musa,
kisak ketiga Dzil-Qarnain. Kemudian
turun surat Az-Zumar yang mengisyaratkan hijrah dan menyatakan bahwa bumi Allah
ini tidaklah sempit.
Rasulullah
sudah tahu bahwa Ashhamah An-Najasyi, raja yang berkuasa di Habasyah adalah
seorang raja yang adil, tidak aka nada seorangpun yang teraniyaya disisinya.
Oleh karena itu beliau memerintahkan agar beberapa orang muslim hijrah ke
Habasyah.
Maka
berangkatlah kaum Muslim kenegeri Habasyah demi menghindari fitnah, dan lari
menuju Allah dengan membawa agama mereka. Hijrah ini merupakan hijrah pertama
dalam Islam. Diantara kaum Muhajir yang terkemuka ialah, Utsman bin affan
beserta istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu
Hudzaifah beserta istrinya, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair dan
Abdur-Rahman bin Auf. Sampai akhirnya para sahabat Rasulullah sebanyak delapan
puluh lebih berkumpul di Habasyah.3
Ketika
kaum Quraisy mengetahui peristiwa ini, mereka segera mengutus Abdullah bin Abi
Rabi’ah dan Amr bin ‘Ash (sebelum masuk islam) menemui Najasyi dengan membawa
berbagai macam hadiah. Hadiah-hadiah ini diberikan kepada sang raja, para
pembantu dan pendetanya,dengan harapan agar mereka menolak kehadiran kaum
muslim dan mengembalikan mereka kepada kaum musyrik Makkah.
Sebelumnya
kedua utusan ini telah melobi para pembantu dan uskupnya seraya menyerahkan
hadiah yang dibawanya dari Makkah. Ketika kedua utusan ini berbicara kepada
Najasyi tentang kaum Muhajir tersebut, ternyata Najasyi menolak untuk
menyerahkan kaum Muslim kepada kedua utusan tersebut sebelum dia menanyai
mereka tentang agama baru yang dianutnya. Kemudian kaum Muslim dan kedua utusan
tersebut dihadapkan kepada Najasyi. Raja Najasyi bertanya kepada kaum Muslim,
“Agama apakah yang membuat kamu meninggalkan agama yang dipeluk oleh
masyarakatmu? Dan kamu tidak masuk kedalam agamaku dan agama lainnya?
Ja’far
bin Abi Thalib, selaku juru bicara kaum Muslim, menjawab,”Baginda raja, kami
dahulu adalah orang-orang jahiliyah, menyembah berhala, makan bangkai, berbuat
kejahatan, memutuskan hubungan persaudaraan, berlaku buruk terhadap tetangga
dan yang kuat menindas yang lemah. Kemudian Allah mengutus seorang Rasul kepada
kami, orang yang kami kenal asal keturunannya, kesungguhan tutur katanya,
kejujuran dan kesucian hidupnya. Ia mengajak kami supaya mengesakan Allah dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun juga, ia memerintahkan kami supaya
berbicara benar, menunaikan amanat, memelihara persaudaraan, berlaku baik
terhadap tetangga, menjauhkan diri dari segala perbuatan haram dan pertumpahan
darah, melarang kami berbuat jahat, berdusta dan makan harta milik anak yatim.
Ia memerintahkan kami supaya shalat dan berpuasa. Kami kemudian beriman
kepadanya, membenarkan semua tutur katanya, menjauhi apa yang diharamkan
olehnya dan menghalalkan apa yang dihalalkan bagi kami. Karena itulah kami
dimusuhi oleh masyarakat kami.
___________________________
3 Sirah
Nabawiyah, DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, hal: 99.
Mereka
menganiaya dan menyiksa kami, memaksa kami supaya meninggalkan agama kami dan
kembali menyembah berhala. Ketika mereka menindas dan memperlakukan kami dengan
sewenang-wenang, dan merintangi kami menjalankan agama kami, kami terpaksa
pergi kenegeri baginda. Kami tidak menemukan pilihan lain kecuali baginda, dan
kami berharap tidak akan diperlakukan sewenang-wenang di negeri baginda.”
Najasyi bertanya, “Apakah kamu dapat menunjukkan kepada kami sesuatu yang
dibawa oleh Rasulullah dari Allah?” Ja’far menjawab,”Ya.” Ja’far lalu
membacakan surat Maryam. Mendengar firman Allah itu Najasyi berlinang air mata.
Najasyi lalu berkata,”Apa yang engkau baca dan apa yang dibawa oleh Isa
seseungguhnya keluar dari satu misykat”.4
Kemudian
Najasyi menoleh kepada kedua orang utusan kaum musyrik seraya berkata,”Silakan
kalian berangkat pulang. Demi Allah, mereka tidak akan kuserahkan kepada
kalian.”
Keesokan
harinya utusan kaum musyrik itu menghadap Najasyi. Kedua utusan itu berkata kepada Najasyi, “Wahai
baginda raja, sesunguhnya mereka menjelek-jelekkan Isa putra Maryam. Panggillah
mereka, dan tanyakanlah pandangan mereka tentang Isa.” Kemudian mereka
dihadapkan sekali lagi kepada Najasyi untuk ditanya tentang pandangan mereka
terhadap Isa al-Masih. Ja’far menerangkan, Pandangan kami mengenai Isa sesuai
dengan yang diajarkan kepada kami oleh Nabi kami, yaitu bahwa Isa adalah hamba
Allah, utusan Allah, ruh Allah dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada perawan
Maryam yang sangat tekun bersembah sujud.”
Najasyi
kemudian mengambil sebatang lidi yang terletak di atas lantai, kemudian
berkata, “Apa yang engkau katakan tentang Isa tidak berselisih, kecuali hanya
sebesar lidi ini.” Kemudian Najasyi mengembalikan barang-barang hadiah dari
kaum Musyrik Quraisy kepada utusan itu. Sejak saat itulah kaum Muslim tinggal
di Habasyah dengan tenang dan tentram. Sementara kedua utusan itu kembali ke
Makkah dengan tangan hampa.
Setelah
beberapa waktu tinggal di Habasyah, sampailah kepada mereka berita tentang
masuk Islamnya penduduk Makkah.
__________________________
4 Yang dimaksud
satu misykat adalah pancaran sinar yang satu dan sama. Lihat Sirah
Nabawiyah,Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, hal: 131; Sirah Nabawiyah, DR.
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, hal: 100.
Mendengar berita ini mereka segera
kembali ke Makkah, hingga ketika sudah hampir masuk ke kota Makkah, Mereka baru
mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar. Karena itu, tidak seorang pun
dari mereka yang masuk Makkah kecuali dengan perlindungan (dari salah seorang
tokoh Quraisy) atau dengan sembunyi-sembunyi. Mereka seluruhnya berjumlah tiga
puluh orang. Diantara mereka yang masuk Makkah dengan ”perlindungan” ialah
Utsman bin Mazh’un; ia masuk dengan jaminan perlindungan dari al-Walid bin
al-Mughirah; dan Abu Salamah dengan jaminan perlindungan Abu Thalib.
j.
Quraisy
Mengancam Abu Thalib
Para pembesar Quraisy
mendatangi Abu thalib, mereka meminta Abu Thalib untuk menghentikan
Rasulullah.Mereka mengancam hingga salah satu dari kedua belah pihak binasa.
Ancaman ini cukup menggentarkan Abu Thalib. Maka dia mengirim utusan untuk
menemui Rasulullah yang memintanya untuk menghentikan. Rasulullah mengira
pamannya sudah tidak mau lagi mendukungnya. Maka beliau bersabda, “Wahai
pamanku, Demi Allah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah
memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan
meninggalkannya.” Mendengar itu mata Abu Thalib mengucurkan air mata lalu
bangkit. Tatkala beliau hendak beranjak, Abu Thalib memanggil beliau, lalu
berkata, “Pergilah anak saudaraku dan katakanlah apa pun yang engkau sukai.
Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan dirimu kepada siapa pun.” Lalu dia melantunkan syair,
“Demi Allah,
Mereka semua tidak akan
bisa menjamah
Hingga aku terbujur
kaku di dalam tanah
Tampakkanlah urusanmu
dan jangan kurangi
Pilihlah yang engkau
suka dan senangi.”
k.
Quraisy Mendatangi Abu Thalib Sekali Lagi
Melihat
Rasulullah menjalankan aktivitasnya dan mereka tahu bahwa Abu Thalib tidak mau
menelantarkan beliau, dan dia juga sudah menyatakan kesanggupannya untuk
berpisah dengan mereka bahkan memusuhi mereka, maka mereka mendatangi Abu
Thalib sekali lagi, sambil membawa Ammarah bin Al-walid bin Al-Mughirah seorang
pemuda Quraisy yang paling bagus dan tampan. Mereka menginginkan untuk menukar
pemuda tersebut dengan Rasulullah, namun hal tersebut di tolak oleh Abu Thalib.
l.
Ide
untuk Menghabisi Nabi
Setelah
orang-orang Quraisy mengalami kegagalan dalam dua kali kedatangan mereka untuk
mempengaruhi Abu Thalib, maka mereka kembali bersikap keras dan bengis, bahkan
jauh lebih keras dari sebelumnya. Pada hari-hari itu, tiba-tiba muncul ide di
kepala para Thaghut mereka untuk menghabisi Rasulullah dengan cara lain. Tapi
justru kebengisan dan munculnya ide semacam itu yang semakin mengokohkan posisi
Islam, dengan mesuknya dua pahlawan Makkah, yaitu Hamzah bin Abdul-Muththalib
dan Umar bin Al-Khaththab.
m.
Duta
Quraisy Tercenung di Hadapan Rasulullah
Setelah dua pahlawan yang gagah
berani ini masuk Islam, yaitu Hamzah dan Umar, maka mendung serasa
menggelantung dan orang-orang musyrik kerepotan mencari bentuk penyiksaan dan
tekanan terhadap orang-orang Muslim. Rabi’ah yang termasuk pemuka Quraisy
menghampiri Rasulullah yang sedang duduk di Masjidil-Haram sendirian. Ia
berusaha mengajukan berbagai macam penawaran kepada Rasulullah dengan satu
tujuan, menghentikan dakwah. Rasulullah mendengarkan dengan sabar Tawaran
tersebut. Namun setelah Utbah yang juga biasa dipanggil Abul walid selesai
berbicara maka Rasulullah memintanya untuk bergantian mendengarkan ucapan
beliau. Beliau bersabda, “Bismillahir-rahmanir-rahim…” lalu beliau membaca (Qs.
Fushshilat : 1-5)
Utbah mendengarkan dan
menyimak bacaan beliau, hingga sampai ayat sajdah, lalu beliau sujud. Ketika
Utbah kembali menghampiri rekan-rekannya ia menceritakan perkataan yang pelum
pernah ia dengar sama sekali sebelumnya.5
n.
Abu
Thalib Mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
Perjalanan
situasi dan kondisi telah banyak yang berubah. Tetapi Abu thalib masih
dibayangi kekhawatiran terhadap gangguan orang-orang musyrik terhadap anak
saudaranya. Dia menyimak kembali satu peristiwa yang sudah terjadi.
____________________
5 Sirah Nabawiyah,
Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, hal: 145-146.
Orang-orang
musyrik pernah mengancamnya agar dia menghentikan anak saudaranya. Kemudian berusaha menukarnya dengan Ammarah
bin Al-Walid untuk dibunuh, Abu
Jahal pernah mendatangi anak saudaranya sambil membawa batu untuk ditimpukkan
kepadanya, Uqbah bin Abu Mu’aith pernah menjerat leher anak saudaranya dengan
pakaiannya dengan maksud untuk membunuhnya, dan lain-lainnya. Abu thalib
mengingat-ingat kembali semua kejadian ini. Dia bisa mencium bau busuk yang
menyengat di dalam sanubarinya dan merasa yakin bahwa orang-orang musyrik
hendak merusak perlindungannya, dengan maksud untuk menghabisi anak saudaranya.
Hamzah atau Umar atau siapapun tentu tak kan sanggup menghalangi orang-orang
musrik itu.
Abu
thalib merasa yakin dengan hal itu, bahwa mereka telah sepakat untuk membunuh
Rasulullah secara terang-terangan. Kesepakatan mereka itu juga telah
diisyaratkan di dalam firman Allah (Qs. Az-Zukhruf: 79).
÷Pr& (#þqãBtö/r& #\øBr& $¯RÎ*sù tbqãBÎö9ãB ÇÐÒÈ
Lalu apa yang akan
dilakukan Abu Thalib? Dia berdiri di tengah anggota keluarganya dari Bani
Hasyim, Bani Al-Muththalib dan Abdi Manaf, meminta kesediaan mereka untuk
melindungi anak saudaranya. Ternyata mereka menyanggupinya, yang kafir maupun
Muslim, sebagai langkah untuk menjaga kekerabatan. Yang tidak bergabung dalam
kesediaan ini adalah saudaranya, Abu Lahab. Dia memisahkan diri dari mereka dan
bergabung bersama orang-orang Quraisy lainnya.
o.
Pemboikotan Secara Menyeluruh
Selama
empat pekan, tepatnya selama jangka waktu yang relatif singkat, ada empat
kejadian besar di mata orang-orang musyrik, yaitu : Hamzah masuk Islam, disusul
Umar, Rasulullah menolak tawaran mereka dan kesepakatan bersama yang di jalin
Bani Al-Muththalib dan Bani Hasyim, yang kafir maupun yang Muslim, untuk
melindungi Rasulullah. Maka orang-orang Musyrik merasa bingung dan memang
mereka layak untuk merasa bingung. Metreka sadar, jika darah Muhammad tumpah karena
ulah mereka, maka Makkah pasti akan digenangi
darah manusia dan bahkan bisa membinasakan mereka semua. Karena
menyadari hal ini, mereka beralih ke bentuk kezhaliman lain yang bukan
pembunuhan, tapi dengan sasaran yang sama.
-
Piagam
Kezhaliman dan Kesewenang-wenangan
Mereka berkumpul di
perkampungan Bani Kinanah untuk membuat kesepakatan bersama menghadapi Bani
Hasyim dan Bani Al-Muththalib. Isinya: Larangan menikah, berjual beli,
berteman, berkumpul, memasuki rumah, berbicara dengan mereka, kecuali jika
secara sukarela mereka menyerahkan Muhammad untuk di bunuh. Untuk keperluan ini
mereka menulis di atas selembar papan, berisi kesepakatan dan ketetapan untuk
tidak menerima perjanjian dari Bani Hasyim dan tidak perlu ambil peduli
terhadap keadaan mereka sebelum mereka menyerahkan beliau untuk di bunuh.
-
Tiga
Tahun di Kaum Abu Thalib
Pemboikotan itu
benar-benar ketat. Cadangan dan bahan makanan sudah habis. Tidak jarang
terdengar suara para wanita dan anak-anak yang merintih karena kelaparan dari
kaum perkampungan abu Thalib. Tapi Rasulullah bersama orang-orang Muslim tetap
keluar pada masa musi haji untuk menemui orang-orang dan menyeru mereka kepada
Islam.
-
Pembatalan
Piagam
Utuh
selama tiga tahun keadaan berjalan seperti itu. Pada bulan Muharram tahun ke
sepuluh dari Nubuwah, papan piagam sudah terkoyak dan isinya terhapus. Akhirnya
papan piagam itu benar-benar robek dan di batalkan. Orang-orang musyrik telah
melihat satu tanda yang besar dari tanda-tanda nubuwah, tetapi mereka seperti
yang di beritahukan Allah (Qs. Al- Qamar: 2)
bÎ)ur (#÷rtt Zpt#uä (#qàÊÌ÷èã (#qä9qà)tur ÖósÅ @ÏJtGó¡B ÇËÈ
Mereka berpaling dari
ayat ini dan kekufuran mereka justru semakin menjadi-jadi.
p.
Utusan Quraisy Terakhir Yang Menemui Abu
Thalib
Usia
Abu Thalib yang sudah udzur, yaitu lebih delapan puluh tahun, ditambah lagi
penderitaan dan kesulitan yang harus dijalani sebelum itu selama pemboikotan,
membuat badannya lemas dan tulang-tulangnya serasa mau lepas dari
sendi-sendinya. Selang hanya beberapa bulan setelah pemboikotan itu, dia pun
jatuh sakit. Orang-orang Quraisy merasa takut terhadap nama baik mereka di
kalangan bangsa Arab jika berbuat yang tidak-tidak terhadap anak saudaranya
setelah Abu Thalib meninggal dunia. Maka dari itu mereka mengirim utusan Quraisy
terakhir yang menemui Abu Thalib. Mereka meminta Abu Thalib memanggil
Rasulullah untuk diberi imbalan tertentu dan beliau harus menyerahkan urusan
dirinya kepada mereka. Rasulullah tidak menerima tawaran tersebut dan beliau
tetap menyeru kepada mereka untuk mengucapkan, ‘La ilaha illallah’, dan
maninggalkan apa yang mereka sembah selain Alah, namun mereka tetap
mempertahankan agama leluhur mereka. Tentang hal ini turun firman Allah (Qs. Shad:
1-7).
üÉ 4 Éb#uäöà)ø9$#ur Ï Ìø.Ïe%!$# ÇÊÈ È@t/ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Îû ;o¨Ïã 5-$s)Ï©ur ÇËÈ ö/x. $uZõ3n=÷dr& `ÏB NÎgÎ=ö7s% `ÏiB 5bös% (#ry$oYsù |Nw¨r tûüÏm <É$uZtB ÇÌÈ (#þqç6Ågxur br& Mèduä!%y` ÖÉZB öNåk÷]ÏiB ( tA$s%ur tbrãÏÿ»s3ø9$# #x»yd ÖÅs»y ë>#¤x. ÇÍÈ @yèy_r& spolÎ;Fy$# $Yg»s9Î) #´Ïnºur ( ¨bÎ) #x»yd íäóÓy´s9 Ò>$yfãã ÇÎÈ t,n=sÜR$#ur _|yJø9$# öNåk÷]ÏB Èbr& (#qà±øB$# (#rçÉ9ô¹$#ur #n?tã ö/ä3ÏGygÏ9#uä ( ¨bÎ) #x»yd ÖäóÓy´s9 ß#tã ÇÏÈ $tB $uZ÷èÏÿx #x»pkÍ5 Îû Ï'©#ÏJø9$# ÍotÅzFy$# ÷bÎ) !#x»yd wÎ) î,»n=ÏG÷z$# ÇÐÈ
q. Tahun Berduka
-
Kematian
Abu Thalib
Sakit
Abu thalib semakin bertambah parah, tinggal menunggu saat-saat kematiannya, dan
akhirnya dia meninngal pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari nubuwah, selang
enam bulan setelah keluar dari pemboikotan. Ada yang berpendapat, dia meninggal
dunia pada bulan Ramadhan, tiga bulan sebelum wafatnya Khadijah Radhiyallahu
Anha. Abu thalib meninggal dalam keadaan tetap berada pada agama
Abdul-Muththalib. Beliau bersabda, “Aku benar-benar akan memohon ampunan bagimu
wahai paman selagi aku tidak dilarang melakukannya.”
Lalu
turun ayat, (At-Taubah: 113) dan (Al-Qashash: 56).
Tidak bisa di bayangkan
apa saja perlindungan yang diberikan Abu Thalib terhadap Rasulullah. Dia
benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang
yang sombong dan dungu. Namun sayang, dia tetap berada pada agama leluhurnya,
sehingga sama sekali tidak mendapat keberuntungan.
-
Khadijah
Menyusul
Kira-Kira
dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul Mukminin Khadijah
Al-Kubra meninggal dunia pula, tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun
kesepuluh dari nubuwah, pada usia enam puluh lima tahun, sementara usia beliau
saat itu lima puluh tahun.
Khadijah
termasuk salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah. Khadijah
mendampingi beliau Selama seperaempat abad, menyayangi beliau di kala resah,
melindungi beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam
menjalankan jihad yang berat, rela menyerahkan diri dan hartanya kepada beliau.
Rasulullah bersabda tentang dirinya, “Dia beriman kepadaku saat semua orang
mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakanku, menyerahkan
hartanya kepadaku selagi semua orang tidak mau mamberikannya kepadaku.”
Di dalam
Shahihul-Bukhary, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Jibril
mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah,
inilah Khadijah yang datang sambil datang membawa bejana yang didalamnya ada
lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari
Rabb-Nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di
dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”
-
Duka
Yang Bertumpuk-tumpuk
Dua peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang
tidak terpaut lama, sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di hati
Rasulullah, belum lagi cobaan yang lilancarkan kaumnya, karena dengan kematian
keduanya mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu beliau. Mendung menjadi
bertumpuk-tumpuk. Sehingga beliau hampir putus asa menghadapi mereka. Untuk itu
beliau pergi ke Tha’if, dengan setitik harapan mereka berkenan menerima dakwah
atau minimal mau melindungi dan mengulurkan pertolongan dalam menghadapi kaum
beliau. Sebab beliau tidak lagi melihat seseorang yang bisa member perlindungan
dan pertolongan. Tetapi mereka menyakiti beliau secara kejam, yang justru tidak
pernah beliau alami sebelum itu dari kaumnya.
Apa
yang beliau alami di Makkah juga dialami para sahabat. Hingga sahabat karib
beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq berniat hijrah dari Makkah. Maka dia pergi hingga
tiba di Barkil-Ghamad. Tempat yang ditujunya
adalah Habasyah. Namun akhirnya dia kembali lagi setelah mendapat
jaminan perlindungan Ibnu- Dughunnah.
Menurut
Ibnu Ishaq, setelah Abu Thalib meninggal dunia, orang-orang Quraisy semakin
bersemangat untuk menyakiti Rasulullah dari pada saat dia masih hidup. Sehingga
ada diantara mereka yang tiba-tiba mendekati beliau lalu menaburkan debu di
atas kepala beliau. Beliau masuk rumah dan debu-debu itu masih memenuhi kepala.
Lalu salah seorag putri beliau bangkit untuk membersihkan debu-debu itu sambil
menangis. Beliau bersabda kepadanya, “Tak perlu menangis wahai putriku, karena
Allah akan melindungi bapakmu.”
Pada
saat-saat seperti itu beliau juga bersabda, “Aku tidak pernah menerima gangguan
yang paling kubenci dari Quraisy, hingga Abu Thaib meninggal dunia.”
Karena penderitaan yang
bertumpuk-tumpuk pada tahun itu, maka beliau menyebutnya sebagai “Amul-huzni”
(tahun duka cita), sehingga julukan ini pun terkenal dalam sejarah.
r.
Menikah
dengan Saudah
Pada
bulan Syawal tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah menikahi Saudah binti
Zam’ah. Dia termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam, ikut hijrah ke
Habasyah yang kedua. Suaminya adalah As-Sakran bin Amr, yang juga masuk Islam
dan hijrah bersamanya pula. Dia meninggal dunia di Habasyah, atau menurut
pendapat lain dia meninggal dunia di Makkah sepulang dari Habasyah. Beliau
melamar Saudah lalu menikahinya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi beliau
sepeninggal Khadijah. Setelah beberapa tahun kemudian, dia memberikan bagian
gilirannya kepada Aisyah.
s.
Faktor-faktor
yang Menguatkan Kesabaran, Ketabahan dan Keteguhan Hati
1 1) Iman
kepada Allah.
2 2) Sosok
pemimpin yang bisa menyatukan hati manusia, yaitu Rasulullah.
3 3) Rasa
tanggung jawab.
4 4) Iman
kepada Hari Akhirat.
5 5) Al-Qur’an.
6 6) Kabar
gembira tentang datangnya keberhasilan
Disamping
itu semua, rasullah senantiasamenyuapi ruh mereka dengan santapan-santapan
iman, membersihkan jiwa mereka dengan pengajaran hikmah dan Al-Qur’an, mendidik
mereka dengan pendidik yang mendetail dan mendalam, membawa jiwa mereka ke
tingkatan ruh yang tertinggi, kesucian hati, kebersihan akhlak, pembebasan dari
kekuasaan materi, penentangan nafsu dan tunduk kepada Allah semata. Beliau
mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, menuntun mereka untuk
bersabar menghadapi siksaan, tabah dan lapang dada. Sehingga mereka semakin
mantap berpegang teguh kepada agama, menjauhkan diri dari nafsu, mengharapkan
surge, haus ilmu, menghisap diri sendiri, menundukkan kesenangan jiw, mengikat
diri dengan kesabaran, ketabahan dan ketenangan jiwa.
3.
DAKWAH
ISLAM di LUAR MEKAH
Pada
bulan Syawal tahun kesepuluh dari kenabian atau sekitar akhir bulan Mei awal
bulan Juni tahun 619 M. Rasulullah Saw pergi ke Tha’if. Yang berjarak sekitar
40 Mil dari kota Mekah. Beliau pergi dan kembali dengan berjalan kaki. Beliau
disertai pembantunya Zaid bin Haritsah. Setiap melewati kabilah mereka berhenti
untuk menyeru agar mereka mau memeluk Islam, tetapi tidak ada satu kabilah pun
yang memenuhi seruan tersebut.
Beliau
menetap di Tha’if selama sepuluh hari. Setiap pemuka disana beliau datangi dan
menyerunya untuk masuk Islam. Tetapi tidak ada yang memenuhi seruan itu, dan
mereka malah berkata, “Keluarlah dari negri kami! Usir orang ini dan kerahkan
semua rakyat untuk memperdayanya!”
Ketika
Rasulullah hendak keluar dari negeri itu, orang-orang jahat dan hamba sahaya
mengikuti beliau dari belakang sambil mencaci dan memaki beliau dengan
teriakan, sehingga orang-orang berkerumun mengelilingi beliau. Mereka membentuk
dua barisan lalu melempari beliau dengan batu sambil mencerca. Batu-batu
tersebut mengenai urat diatas tumit beliau sampai sandal beliau berlumuran
darah. Sedangkan Zaid bin Tsabit melindungi beliau dengan badannya sehingga tak
terhitung luka yang ada dikepalanya. Mereka melakukan itu sampai Nabi Saw tiba
didekat kebun milik Utbah dan Syaibah, kira-kira 3 Mil dari Tha’if sampai
disitu mereka pun kembali.
Kemudian
Rasulullah berjalan menuju mekah, kemudian beliau menetap terlebih dahulu di
gua Hira. Rasulullah Saw pun berjalan kaki hingga sampai di Hajar Aswad, lalu
beliau menciumnya dan melakukan thawaf serta shalat dua rakaat. Kemudian beliau
menuju rumahnya. Sementara Muth’im beserta kaumnya tetap berjaga dengan sejata
mereka sampai Rasulullah Saw masuk ke dalam rumahnya.
4. MENAWARKAN ISLAM KEPADA KABILAH-KABILAH dan INDIVIDU
Pada bulan Dzulqai’dah
tahun kesepuluh dari kenabian berpendapat dengan akhir Juni atau awal bulan
Juli tahun 619M. Rasulullah Saw kembali ke Mekah untuk memulai langkah langkah
baru dalam menyebarkan Islam baik per individu maupun kepada kelompok kabilah
yang ada. Beliau telah bersiap-siap karena musim haji akan segera datang
artinya seluruh orang dari penjuru negeri Arab akan tumpah kesana menunaikan
ibadah haji.
a. Kabilah-kabilah Yang Di Tawari Islam
Az-Zuhri mengatakan,
Dimana nama-nama kabilah yang kami didapati dimana Rasulullah Saw menawari
mereka, yaitu bani Amir bin Sha’sha’ah, Muharib bin Khashfah, Fazarah, Ghassan,
Murrah, Hanifah, Salim, Bas, bani Naashr, bani Bakka’, Kilab, Harits, Ibnu
Ka’ab, Udzrah, serta Hadhramaut. Dari semuanya, tidak ada satu kabilah pun yang
mau menerima tawaran Rasulullah Saw.
b. Orang-orang Beriman yang Bukan dari Penduduk Mekah
Disamping
Rasulullah Saw menawarkan Islam kepada para kabilah secara berkelompok, beliau
juga menawarkan Islam kepada orang perindividu. Beliau menyerunya secara
pribadi sehingga beliau mendapat jawaban yang membahagiakan dari sebagian
mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan mau beriman, antara lain :
1) Suwaid
bin Shamit
2) Iyas
bin Ma’adz
3) Abu
Dzar al-Ghifari
4) Thufail
bin Umar ad-Dausy
5) Dhimad
al-Azdy
c. Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah r.a
Pada
bulan Syawal tahun kesebelas hijrah dari kenabian, Rasulullah Saw menikahi
Aisyah r.a yang saat itu masih berusia enam tahun. Beliau berkumpul dengannya
di Madinah pada bulan syawal tahun pertama hijrah, saat itu Aisyah sudah
berumur Sembilan tahun.
5. ISRA dan MI’ RAJ
Nabi
Muhammad Saw melalui tahapan ini, kondisi beliau berada pada posisi terjepit antara
titik keberhasian dihadapan dan tekanan yang terus mendera. Nampak gemerlap
cahaya bintang dikejauhan maka terjadilah peristiwa Isra dan Mi’raj.
Beberapa pendapat tentang terjadinya Isra dan Mi’raj :
a) Ath-Thabari
berpendapat Isra terjadi pada tahun dimana Rasulullah dimuliakan dengan
nubuwwah.
b) An-Nawawi
dan Qurthuby mengatakan Isra terjadi pada tahun kelima setelah kerasulan.
c) Satu
pendapat mengatakan Isra terjadi pada tanggal tujuh belas bulan rajab tahun
kesepuluh dari kenabian.
d) Pendapat
lain mengatakan bahwa Isra terjadi tanggal dua belas Ramadhan tahun ke tiga
belas dari kenabian atau satu tahun dua bulan sebelum hijrah.
e) Ada
juga yang berpendapat bahwa Isra terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga belas
dari kenabian atau dua bulan sebelum hijrah.
f) Pendapat
lain mengatakan Isra terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas dari
kenabian atau satu tahun sebelum hijriah.
Tiga
pendapat yang pertama tidak dapat diterima sebab khadijah saja meninggal dunia
pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh dari kenabian. Kematiannya terjadi sebelum
turunnya perintah sholat lima waktu. Tidak ada yang berbeda pendapat bahwa
kewajiban sholat turun setelah peristiwa Isra dan Mi’raj, sedangkan tiga pendapat
yang terakhir tidak ada riwayat yang menguatkannya, kecuali bahwa konteks ayat
dalam surat al-Isra menunjukkan bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj terjadi pada
masa akhir.
Banyak sekali peristiwa
yang beliau saksikan dalam perjalanan Isra dan Mi’raj, diantaranya :
a. Nabi
Saw ditawari susu dan arak.
b. Beliau
menyaksikan menyaksikan enam sungai yang mengalir dari pangkal Sidratul
Muntaha.
c. Beliau
juga melihat malaikat penjaga neraka yang wajahnya masam, tidak tersenyum dan
tidak ada keramahan sama sekali. Beliau juga melihat surga dan neraka.
d. Beliau
melihat gambaran orang yang suka memakan harta anak yatim dengan jalan
sewenang-wenang.
e. Beliau
juga melihat gambaran orang yang biasa makan riba.
f. Beliau
juga melihat gambaran ahli zina.
g. Beliau
juga melihat gambaran wanita-wanita yang suka mendatangi lelaki yang bukan
mahramnya.
h. Beliau
juga melihat kalifah dari Ahli Mekah yang pulang pergi.
Ibnu Qayyim mengatakan,
ketika pagi menjelang. Rasulullah Saw menceritakan apa yang dialaminya tersebut
kepada kaumnya maka mereka semakin mendusakan beliau, seraya mengejek
beliau.Diantara mereka ada yang meminta Rasulullah untuk menceritakan
cirri-ciri Baitul Muqaddas maka Allah menampakkannya, seolah berada dihadapan
Nabi lalu menceritakan segala ciri-cirinya sehingga mereka tidak bisa
mengingkari hal itu.Rasulullah juga menceritakan apa yang telah beliau lalu.
Tetapi tidak bertambah pada diri mereka, kecuali kekufuran.
Alasan
yang paling nyata dan paling besar dari perjalanan ini adalah firman Allah:
z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 ÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtÎã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»t#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# çÅÁt7ø9$# ÇÊÈ
“Agar
kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan kami.”(QS.Al-Isra:1)
6. BAI’ AT AQABAH PERTAMA
Pada
musim haji berikutnya, yaitu tahun kedua belas dari kenabian bertepatan dengan
bulan juli tahun 621M, datang dua belas orang. Diantara mereka ada lima orang
dari keenam orang yang tahun lalu bertemu dengan Rasulullah Saw yag saat itu
tidak hadir adalah Jabir bin Abdillah bin Ri’ab, sedangkan tujuh orang sisanya
adalah orang baru, mereka diantaranya :
1) Muadz
bin al-Harits bin Afra’ dari bani Najjar
2) Dzakwan
bin Abdul Qais dari bani uraiq
3) ‘Ubadah
bin ash-Shamit dari bani Ghanam
4) Yazud
bin Tsa’labah dari seketu bani Ghanam
5) Al-Abbas
bin ‘Ubadah bin Nadhlah dari bani Salim
6) Abul
Haitsam bin at-Tayahan dari bani Abdul Asyhal
7) ‘Uwaim
bin Sa’adah dari bani Umar bin ‘Auf
Dua orang yan disebutkan terakhir
berasal dari kabilah Aus, sedangkan lima orang pertama dari kabilah Khazraj.
Mereka semua datang menemui Rasulullah Saw di Aqabah, di Mina. Mereka
menyatakan bai’atnya sebagai mana butir-butir bai’at para wanita pada saat penakhlukan
kota mekah.
a.
Utusan
Islam di Kota Madinah
Setelah
bai’at dilaksanakan dan musim haji telah berakhir, Rasulullah Saw mengirim
utusan bersama dengan orang-orang yang telah berbai’at itu untuk ikut ke
Yatsrib, yaitu Mush’ab bin Umair al-Abdary, salah seorang pemuda yang paling
dahulu masuk islam. Dia adalah utusan pertama yang dikirim kesana untuk
mengajarkan Islam kepada orang yang telah masuk Islam di Yatsrib sekaligus
menyebarkan Islam kepada mereka yang masih Musyrik.
b.
Keberhasilan
yang Sangat Memuaskan
Mush’ab
bin Amir menginap dirumah As’ad bin Zurarah. Keduanya menyebarkan Islam di
Yatsrib dengan sungguh-sungguh dan bersemangat. Mush’ab cukup dikenal sebagai
orang yang pintar membaca.
Diantara
yang menggambarkan keberhasian dakwah mereka adalah ketika As’ad bin Zurarah
pergi kerumah Abdul Asyhal dan rumah bani Dhafar. Mush’ab dan As’ad memasuki
salah satu kebun milik bani Dhafar, lalu mereka duduk disumur,yang dikenal
sebagai sumur Maraq. Beberapa orang yang telah masuk Islam berkumpul disekitar
mereka berdua.
Ketika
itu adaa du orang pemuka kaum bani Abdul Asyhal, yaitu Sa’ad bin Mu’adz dan
Usaid bin Hudhair. Mereka berdua masih Musyrik. Ketika keduanya mendengar apa
yang dilakukan oleh Mush’ab dan As’ad. Kemudian Usaid pun datang, llu berhenti
di hadapan keduanya dengan membawa tumbak.
Lalu
Mush’ab menjelaskan tentang Islam kepadanya disertai dengan bacaan ayat suci
alQur’an. (Mush’ab berkata, “Demi Allah, aku melihat pancaran Islam pada
wajahnya sebelum dia berbicara.”)
Setelah
itu, Usaid berkata, “Betapa bagus dan indah. Apa yang kalian lakukan ketika
kalian masuk agama ini?”
Mush’ab
dan As’ad menjelaskan, “Mandilah bersihkan pakaianmu, kemudian ucapkan kalimat
syahadat secara benar, lalu sholatlah dua rakaat.”
Kemudian
Usaid berdiri untuk mandi dan membersihkan pakaiannya, kemudian mengucapkan dua
kalimat syahadat dan sholat dua rakaat.
7. BAI’ AT AQABAH KEDUA
Pada
Musim haji tahun ketiga belas dari kenabian atau bertepatan dengan bulan Juni
tahun 622M, ada sekitar tujuh puluh orang muslim dari kota Yatsrib yang datang ke
Mekah untuk menunaikan haji. Mereka datang bersama dengan rombongan orang-orang
musyrik. Sesampainya di Mekah mereka berhubungan secara sembunyi-sembunyi
dengan Rasulullah sehingga melahirkan kesepakatan bersama untuk berkumpul di
sebuah bukit diaqabah pada pertengahan hari Tasyrik, atau pada saat melempar
jumrah pertama setelah dari Mina. Pertemuan tersebut sangat rahasia sehingga
dilaksanakan di bawah gelapnya malam.
a. Poin - Poin Bai’at
1 1)
Untuk mendengar
dan taat baik ketika bersemangat maupun sedang malas.
2 2) Untuk
menafkahkan harta baik dalam keadaan sulit ataupun mudah.
3 3) Untuk
memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.
4 4) Untuk
tegak berdiri membela Allah dan tidak merisaukan celaan orang yang suka mencela
Allah.
5 5) Untuk
menolongku jika aku datang kepada kalian, dan mellindungiku sebagaimana kalian
melindungi diri, istri, dan anak-anak kalian, dan balasan kalian adalah surga.
b. Pengokohan Terhadap Bai’at
Setelah
dialog tentang persyaratan bai’at selesai dan akad bai’at akan dimulai, dua
orang dari mereka berdiri dari kelompok yang pertama masuk Islam pada dua musim
haji, yaitu tahun kesebelas dan tahun kedua belas dari kenabian. Satu dari
keduanya berdiri, kemudian yang satu lagi mengikuti untuk menguatkan bahwa
tanggung jawab yang akan dipikul merupakan satu beban yang sangat hebat
sehingga mereka hanya mau berbai’at, setelah mengetang sebenarnya. Lalu mereka
mengetahui sejauh mana kesiapan untuk berkorban dalam bai’at ini.
c. Pelaksanaan Bai’at
Setelah poin-poin bai’at diikrarkan, dan
pengokohan tekad sudah tuntas, maka akad bai’at pun dimulai dengan berjabat
tangan.
d. Dua Belas Pemuka Kaum
Setelah
bai’at selesai dilaksanakan, Rasulullah Saw meminta agar menunjukan dua belas
orang agar menjadi pemukaan kaumnya. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas
terlaksananya poin-poin bai’at, antara lain :
Dari
Kaum Khazraj, yaitu :
1. As’ad
bin Zurarah bin ‘Adas
2. Sa’ad
bin Rabi’ bin Abas
3. Abdullah
bin Rawahah bin Tsa’labah
4. Rafi’bin
Malik bin ‘Ajlan
5. Al-Barra’
bin Ma’rur bin Shakhra
6. Abdullah
bin Umar bin Haram
7. Ubadah
bin ash-Shamit bin Qais
8. Sa’ad
bin Ubadah bin Dulaim, dan
9. Al-Mundzir
bin Umar bin Khunais
Dari
kaum Aus, yaitu :
10. Usaid
bin Hudhair bin Simak
11. Sa’ad
bin Khaitsamah bin al-Harits dan
12. Rifa’ah
bin Abdul Mundzir bin Zubair
Setelah
penunjukkan tersebut, Rasulullah Saw mengambil sumpah khusus sebagai pemimpin,
beliau bekata kepada mereka “ Kalian adalah orang yang bertannggung jawab atas
kaum yang kalian pimpin, sebagaimana tangggung jawab yang dipikul oleh kaum Khawaryyun
atas Nabi Isa a.s dan aku adalah orang yang bertanggung jawab atas kaumku.”
Maksudnya adalah kaum Muslimin. Mereka menjawab dengan tegas, “Baik”.
e. Seorang “Setan” Quraisy Mendeteksi Pembai’atan
Setelah
prosesi bai’at tuntas dilaksanakan, mereka merasa khawatir kalau-kalau
peristiwa bai’at ini dipergoki oleh salah seorang “Setan” Kafir Quraisy. Untung
saja dia mempergokinya ketika bai’at telah selesai dilaksanakan sehingga dia
tidak mempunyai kesempatan untuk membocorkannya.
f. Kesiapan Kaum Anshar untuk Menggempur Kafir Quraisy
Ketika
suara seorang Kafir Quraisy tadi, al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah berseru,
bahwa besok mereka akan menghabisi Ahli Mina dengan pedang-pedang mereka.
8. ORANG-ORANG QURAISY MEMPROTES PEMIMPIN-PEMIMPIN YATSRIB
Mendengar
bai’at tersebut orang-orang kafir Quraisy terguncang hebat. Mereka merasa resah
dan gelisah. Sementara orang-orang Khazraj yang belum masuk Islam tidak
mengetahui apapun sebab peristiwa tersebut. Sementara itu orang-orang Yatsrib
yang telah memeluk Islam hanya saling berpandang dan tutup mulut, mereka tidak
berkata baik mengingkari maupun mengingkarinya sehingga para pemimpin Quraisy
mempercayainya. Orang-orang Kafir Quraisy kembali dengan tanda tanya dan
tentang benar tidaknya bai’at tersebut.
9. PERMULAAN HIJRAH
Dengan
suksesnya bai’at aqabah kedua berhasil, Islam telah berhasil meletakkan dasar
sebagai tempat berbijak ditengah gelombang padang pasir yang penuh dengan
kebodohan dan kekufuran. Ini merupakkan keberhasilan Islam yang paling besar
selama perjuangan dakwah Rasulullah Saw di Mekah, maka beliaupun mempebolehkan
kaum muslimin untuk melakukkan hijrah ke Yatsrib.
10. PARLEMEN QURAISY di DARUN NADWAH
Bahaya
yang sedang dihadapi oleh kaum musyrikin semakin bertambah. Oleh karena itu,
mereka berusaha mencari jalan untuk menyingkirkan bahaya ini, yang sumbernya
adalah satu, yaitu pembawa panji dakwa Islam yang tiada lain adalah Muhammad
maka, pada hari Kamis, 26 Shafar Tahun ke 14 dari kenabian, bertepatan dengan
tanggal 12 September 622M, atau sekitar
2 bulan setengah dari peristiwa bai’at, Aqabah Kubra digelarlah parlemen Mekah
di Darun Nadwah yang dimulai sejak pagi hari. Pertemuan ini merupakkan
peristiwa palng penting dalam sejarah mereka. Pertemuan ini dihadiri oleh para
pemuka dan pemimpin tiap kabilah di bani Quraisy. Mereka mengkaji langkah yang
paling tepat untuk menghabisi pembawa panji daqwah Islamiah sehingga bisa
menghentikan pancaran sinarnya dari permukaan bumi.
11. RASULULLAH SAW HIJRAH
Karena rencana itu meupakan rahasia
mereka, maka mereka melewati hari sepertihari-hari biasanya, tidak menampakan
gelagat apapun sehingga tidak ada orang yang mencium rencana busuk tersebut.
Ini adalah tipu daya dan muslihat orang-orang kafir Quraisy, tanpa mereka
sadari bahwa mereka memasang muslihat bagi Allah Saw, maka Allah akan
menggagalkan rencana mereka. Allah mengutus Jibril kepada Rasulullah dengan
membawa wahyu yang memberitahukan rencana busuk orang-orang Quraisy itu. Allah
telah mengijinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu kepergiannya.
Setelah rencana itu disepakati, beliau kembali kerumahnya nanti datangnya
malam. Beliaupun melaksanakan rutinitas hariannya seperti biasa sehingga tidak
ada seorangpun yang mengetahui rencana kepergian beliau.
Rasulullah Saw Meninggalkan Rumahnya pada tengah
malam tanggal 27 Shahafar tahun ke 14
dari kenabian, bertepatan dengan tanggal 12 atau 13 September 622M.6
Beliau mendatangi rumah sahabatnya yang menjadi
orang kepercayaannya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lalu mereka berdua pergi
lewat pintu belakang dengan tergesa-gesa karena khawatir segera terbit fajar.
Beliau mengetahui hanya jalur utama yang biasa
ditempuh menuju Madinah, yaitu melalui jalur utara maka Rasulullah memilih
jalur yang lain, yaitu dari selatan Mekah
yang mengarah ke Yaman. Beliau menempuh jarak kurang lebih 5 Mill hingga
tiba disebuah gunung yang dikenal dengan Gunung Tsur. Abu bakar sempat memapah
beliau, dan mengikatkan tubuh beliau kebadannya, hingga sampai kesebuah gua
dipuncak gunung. Gua tersebut dikenal dengan Gua Tsur.Mereka berdua sembunyi
didalam gua selama 3 malam. Pada saat itu, seluruh kafir Quraisy sibuk mencari
dan memburu Muhammad, baik yang menunggang kuda maupun yang berjalan kaki.
Mereka menyebar kegunung-gunung, menyelusuri lembah, menaiki dataran tinggi,
dan menuruni dataran rendah. Tetapi tetap nihil dan kembali tanpa hasil.
_______________________
6
Shahih
Sirah Nabawiah, Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfry, Hal : 207.
Ketik semangat mulai mengendur dan aktifitas
pengejaran serta penjagaan mulai menurun, dan setelah usaha kafir Quraisy
selama 3 hari tanpa membuahkan hasil maka Rasulullah bersama dengan Abu Bakar
mempersiapkan diri untuk keluar menuju Madinah. Pada hari senin tanggal 8
Rabiul Awal tahun ke 14 dari kenabian,
atau pada tahun pertama hijrah bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M,
Rasulullah tiba di Quba. Rasulullah menetap di Quba selama 4 hari, dari hari
Senin sampai dengan hari Kamis.7
Disana beliau membangun
masjid Quba dan mendirikan salat disana. Masjid itulah yang menjadi masjid
pertama yang dibangun atas dasar ketaqwaan setelah nubuwah. Pada hari Jum’at
beliau melanjutkan perjalanan, secara bergelombang menuju Madinah. Solat jum’at
dilakukan di masjid di tengah lembah. Setelah solat jum’at Rasulullah
melnjutkan perjalanan sampai di Madinah. Mulai dari hari itu, kota Yatsrib
disebut Madinaturasul Saw yang kemudian disingkat menjadi Madinah saja. Hari
itu merupakan hari yang monumental. Semua rumah dan jalan-jalan ramai dengan
gema tahmid dan tasbih, anak gadis kaum Anshar menyenandungkan syair-syair
kegembiraan.
___________________________
7
Shahih
Sirah Nabawiah, Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfry, Hal : 218.
II.
PENUTUP
Dalam perjalanan dawah, Rasulullah
mendapatkan berbagai ganguan, siksaan, ejekan, dan olok-olok yang dilancarkan
orang-orang yang mentang dan bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan
membunuh para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman disekitar beliau.
Namun beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan
ketabahan hati bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tapi karena
keridhaan Allah semata. Demikianlah perjalanan beliau hingga dimadinah, yang
menjadi tanda berakhirnya satu periode perjuangan Islam yaitu periode Mekah.
III.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
DR. Mahdi
Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah (Jakarta : Qisthi Press, 2005).
2.
DR. Muhammad
Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah (Jakarta : Robbani Press, 1999).
3.
Syaikh
Shafiyyurrahman Al –Mubarakfury, Sirah Nabawiyah (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 1997).
4.
Syaikh
Shafiyyurrahman Al –Mubarakfury, Sirah Nabawiyah ( Darul Aqidah, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar